Oleh: Yudi Damanhuri, penyair dan pengajar serta penikmat film bergiat di Kubah Budaya
Di tengah maraknya pandemi, berbagai cara kebiasaan baru kita lakukan dengan beragam tindakan. Hal tersebut tentu saja sangat nisbi apabila kita tidak ikut mengingatkan oranglain dengan, sebagaimana contoh, memakai masker ketika sedang bepergian di luar atau berinteraksi tanpa melihat jarak batas yang ditentukan. Dengan saling mengingatkan satu sama lain, tentu saja jalinan sosial dalam kontruksi masyarakat akan mewujud manusia yang berkarakter dan beradab.
Berkerumun di masa pandemi menjadi sorotan berbagai lini. Berkerumun atau berkumpul bersama keluarga menjadi sesuatu yang amat berharga dan tentu saja, diinginkan oleh semua kalangan. Sebagaimana fitrahnya, manusia memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dengan kata lain, ketidakberdayaan berkumpul bersama dalam masa pandemi ini mejadi sangat dilematis karena batasan-batasan yang harus dipatuhi dengan kesadaran sosial masing-masing.
Sebaliknya, keinginan menahan pertemuan yang berujung pada kerumunan, tentu saja lebih baik dan kita ikut membantu memotong jalan penyebaran virus yang memang sulit diketahui dari mana jalur penularannya. Hal tersebut merujuk pada pemberitaan media yang kian masif tentang peningkatan penularan virus Covid-19 dari berbagai belahan dunia, khususnya Indonesia.
Tahun 2020 ditandai dengan serangkaian peristiwa terutama karena periode kelas pandemi Covid-19. Manusia-manusia di belahan dunia merasakan kejatuhan, keasingan, serta kehilangan atas perubahan ritme waktu dan transformasi sosial-spiritual-kultural-politik-ekonomi. Di tengah ambiguitas, disorientasi, keruntuhan rencana, maupun teka-teki masa depan, tampaknya kita harus pula membuat dan menuliskan catatan baru untuk direnungkan dalam diri dan dirumuskan ulang dalam kehidupan agar siap lahir-batin demi menghadapi kitab baru di tahun 2021.
Beberapa pesan yang penulis sampaikan di atas merupakan hasil interpretasi atas film Wonder Woman 1984 yang dibintangi sekaligus diproduseri oleh Gal Gadot. Film berlabel Warner Bros ini sedang diputar di seluruh penjuru dunia dengan keheroikannya yang fantastis dan sarat akan permenungan selain hiburan semata. Momen dan pesan yang tersirat dalam film yang memiliki rating bagus di mata publik ini cukup kentara merujuk ke arah realitas yang kita alami saat ini. Hasrat keinginan besar yang semata hanya nafsu akan menjerumuskan kesesatan menjadi pijakan filosofis film yang baru saja rilis beberapa hari ini.
Figur kemanusiaan bisa kita tuai dari kedalaman serta keluasan cara pandang yang heroik melalui cinta dan kemanusiaan. Sebagai sebuah refleksi akhir tahun dari periode kelabu dan sendu tahun 2020 di mana pandemi telah mengusik tatanan kehidupan, hingga ke fondasi spiritual kita sebagai manusia. Walaupun keyakinan dan tekad yang kuat sudah kentara dari beberapa menit awal film berjalan, alur cerita tampak realis dengan sedikit bumbu romansa.
Tokoh DC yang ikonik ini barangkali bisa menjadi figur sentral sebagai penyebar kepedulian terhadap sesama dimana krisis kepercayaan kian melonjak mapan dalam realitas keseharian kita dewasa ini. Kiranya dapat kita simpulkan bahwa tidak akan ada kesia-siaan untuk perubahan yang lebih baik jika kita memulai tindakan dengan keberanian menjalani hidup terhadap kebiasaan yang baru.
Film ini bisa menjadi pembawa semangat baru untuk kita selain lebih peduli lagi terhadap sesama dan penutup akhir tahun yang manis. []