Beranda Peristiwa Warga Miskin Kota Cilegon Ini Pasrah Tinggal di ‘Gubuk Derita’

Warga Miskin Kota Cilegon Ini Pasrah Tinggal di ‘Gubuk Derita’

Samsiyah berdiri di rumahnya yang nyaris ambruk. (Maulana/Bantennews.co.id)

CILEGON – Rumah milik Samsiyah, warga Lingkungan Curug Gerotan, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon kondisinya sangat memprihatinkan.

Rumah dengan luas bangunan sekitar 9×8 meter persegi itu merupakan warisan dari orangtua Samsiyah. Rumah itu berada di dekat Jalan Lingkar Selatan dan dapat dilalui kendaraan roda 2 maupun roda 4.

Pantauan di lokasi, rumah Samsiyah kondisinya sangat tidak layak huni, baik terlihat dari luar maupun dari dalam.

Kondisi bagian dalam rumah Samsiyah.

Dua dari tiga kamar yang ada di dalamnya rusak parah dan hampir roboh. Atap nyaris ambrol dengan kondisi kayu lapuk.

Hal itu membuat penghuni terpaksa memindahkan kasur ke ruang belakang dan tidur bersebelahan dengan dapur, serta kamar mandi.

Dinding rumah Samsiyah juga sebagian besar masih belum dilapisi semen. Banyak bagian yang retak dan mengelupas. Bahkan, jendela depan rumahnya hanya ditutupi papan dengan kusen yang koyak.

Selain kumuh, atap rumah itu terlihat usang dan keropos tanpa plafon. Lantai rumah juga belum memakai keramik, sehingga terasa lembab saat masuk ke dalam.

Samsiyah yang hidup di bawah garis kemiskinan tinggal bersama suami dan empat orang anaknya. Satu anak Samsiyah kondisinya berkebutuhan khusus.

“Yang tinggal di rumah 4 orang. Saya, suami, sama anak 2. Yang 2 sudah menikah dan enggak tinggal di sini. Sudah puluhan tahun tinggal di sini, semenjak punya anak 2 umur 6 bulan,” katanya kepada BantenNews.co.id, Kamis (19/9/2024).

Samsiyah mengungkapkan, sehari-hari dirinya bekerja sebagai tukang pijit dan kuli memasak serabutan. Sementara sang suami lebih banyak terbaring karena kondisi kesehatan yang buruk.

“Suami nggak kerja, cuma ngangon kambing aja di bawah situ. Kalau ibu mah basing, suruh mijit iya, kadang disuruh masak. Anak-anak yang tinggal di sini gak kerja, paling markir. Sudah berhenti sekolah dari kelas 2 SMP,” ungkapnya.

Samsiyah mengaku, sejak salah satu kamar rumahnya atapnya rusak sudah pernah ada pihak yang ingin membantu untuk perbaikan, namun hal itu tak kunjung terlaksana.

Selama ini, ia juga masih sering mendapat bantuan berupa sembako dari pemerintah setempat dan terkadang uang tunai dari warga sekitar.

“Sudah pernah ada waktu ada yang ngejebros, terus ada yang datang ke sini, tapi belum terlaksana. Kalau hujan bocor sampe kaya kubangan. Bantuan suka dapat sembako kaya beras, uang juga dari orang sini,” ucapnya.

Ia hanya berharap rumah yang kondisinya memprihatinkan tersebut segera mendapat perhatian berupa perbaikan agar dapat dihuni dengan aman dan nyaman.

“Harapannya pengennya bersih, dibenerin, dirapihin lagi supaya nyaman kalau hujan gak kebocoran,” harap Samsiyah.

Sementara itu, Abdullah warga setempat mengaku prihatin dengan kondisi keluarga Samsiyah. “Iya, itu rumahnya Samsiyah. Sehari-hari paling juga ke kebon, mijit gitu kalau ada yang mau pijit,” ujarnya.

Abdullah juga membenarkan bahwa sebelumnya sudah pernah ada yang ingin memperbaiki rumahnya. Hanya saja, sampai saat ini belum terlaksana.

“Pengen dibenerin itu sebenernya, cuma nggak tau belum gak terlaksana,” ucapnya. (STT/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News