TANGSEL – Gesekan antara warga Puri Serpong dengan Pondok Pesantren Assa’adah ternyata sudah berlarut-larut. Konflik tersebut memuncak pada Kamis (5/11/2020), pukul 8.30 malam, dimana salah satu warga yang diduga mengalami bocor di kepala lantaran di lempar batu oleh salah satu santri.
Diberitakan BantenNews.co.id sebelumnya, gesekan tersebut sudah berlangsung selama setahun. Penyebabnya adalah air limbah dari asrama putri yang dibuang selalu meluber di depan rumah warga, sehingga menimbulkan bau tak sedap.
Akibatnya, warga yang ada di blok D menutup saluran air limbah itu. Namun karena akibat penutupan itu kamar mandi asrama puti mengalami banjir, maka santri membuka. Hal ini sudah terjadi 2 kali.
Atas dasar itu, karene konflik yang tak kunjung usai, keduanya menginginkan untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan.
Saat dijumpai awak media, Sesepuh warga sekitar MB (58) mengatakan, dirinya menginginkan hal itu diselesaikan secara kekeluargaan, karena sama-sama muslim jika ada perbedaan baiknya dilakukan musyawarah.
“Kita sebenarnya dari dulu juga sampai terjadi penutupan udah setahun lah mungkin, karena kita udah beberapa kali komplain ini kan pembuangan air bukan pembuangan kotoran, tapi yang terjadi ini jadi pembuangan kotoran. Akhirnya tetangga lah yang bersihin. Tapi karena bosan kita juga beberapa kali kita mediasi pihak pondok tidak ada respon akhirnya kita tutup oleh warga,” katanya kepada BantenNews.co.id, Jumat (6/11/2020).
Dijelaskan, sekitar 2 bulan yang lalu itu ada anak-anak santri datang ke lokasi got mau membongkar saluran air limbahnya. MB pun bilang ke rombongan jangan dulu dibongkar. Baiknya kita ketemu dulu bagaimana komitmennya.
“Gitu kan jangan sampai setelah dibuka terulang lagi, nah seperti itulah. Jadi ada komitmen dululah, tapi ya ngambang terus sampai terjadi waktu itu kita permasalahan ini di tambah lagi dijadikan asrama putra banyak yang membuang putung rokok dari atas asrama ke atap rumah di bawahnya,” paparnya.
BACA : Gesekan Antar Pesantren dan Warga di Tangsel, Pemicunya
Warga memahami bahwa, tidak semua anak-anak santri itu baik. Banyak anak-anak nakal yang dimasukan ke pesantren. Makanya, dia meminta agar anak-anak itu diajarkan etika yang baik.
“Jadi memang ini kita pinginnya ada mediasi secara RW gak terima kita lapor ke kelurahan, kelurahan juga tidak terima. Tidak ada respon sama sekali dari Pemerintah maupun dari pesantrennya,” jelasnya.
Sementara dari versi Pesantren, lurah pondok Farhan Septyansah (20) mengungkapkan, pihaknya pun menginginkan ada penyelesaian masalah tersebut.
Dikatakan Farhan, Abah (pimpinan Ponpes) bersama salah satu santri pernah berangkat ke Masjid Al-Madani untuk mengadakan musyawarah sesuai permintaan warga. Namun setelah ditunggu, warga tak kunjung datang.
“Jadi memang sepertinya warga di blok situ itu ga suka dengan keberadaan pondok ini. Karena masalah saluran air ini hanya sebagian saja dari fitnah yang ditujukan ke pesantren ini sejak awal peletakan batu pertama,” ungkapnya.
“Jadi ya kalo memang warga ingin diadakan musyawarah, ya kami siap. Maunya apa, dibangun apa, kita siap. Tapi diajak musyawarah saja salah satu korban yang katanya terdampak air limbahnya saja ga dateng, ya kita susah. Nanti kalo gitu jadinya masalah tidak clear,” pungkasnya. (Ihy/Red)