Beranda Peristiwa Viral Banten Merdekakan Amerika, Ini Tanggapan Guru Sejarah di Banten

Viral Banten Merdekakan Amerika, Ini Tanggapan Guru Sejarah di Banten

Mahkota Kesultanan Banten. (Googleimages)

SERANG – Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Provinsi Banten angkat biacara soal viralnya pernyataan petinggi Sunda Empire Rangga Sasana soal hubungan Banten dan Amerika Dalam podcast Deddy Corbuzier yang tayang tanggal Rabu 19 Mei 2021.

Dalam acara tersebut Rangga menyebutkan bahwa “Amerika, mandatnya dari mana? Dari Sultan Abdul Mufakir pada saat itu. Dari Ki Ageng Tirtayasa kemudian diteruskan ke Sultan Abdul Mufakir memerdekakan lah pada saat itu Amerika. Rangga: Makanya, Banten punya seri (pelat) mobil A, yaitu Amerika,” ujar Rangga dalam acara tersebut.

“Lalu mengapa Amerika menggunakan US. Tentaranya US kan? US nya bukan US Army atau US apalagi. Mengapa US? United States (US) itu Uncle Sam. Uncle SAM SAM-nya Sultan Abdul Mafakhir, Banten itu. Jadi Amerika itu negeri yang dimerdekakan oleh Banten itu.”

Menanggapi itu, Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Banten Abdul Somad menyatakan bahwa hal tersebut merupakan bukti pentingnya pelajaran sejarah di sekolah. “Ini sesuatu yang sumir dan apa yang disampaikan itu tidak sesuai dengan fakta yang ada. Seharusnya pemerintah dan masyarakat semakin yakin bahwa mata pelajaran sejarah itu sangat penting karena jika tidak menempatkan mata pelajaran sejarah di titik strategis menjadi mata pelajaran wajib, bukan menjadi pilihan, karena menghindari (generasi) yang amnesia (sejarah). Bangsa kita, generasi muda kita akan lupa dengan sejarah,” kata Somad berbincang dengan awak media, Kamis (20/5/2021).

Kesalahan fatal statemen Rangga Susena pertama menyangkut sosok Sultan Abdul Mufakir. Rangga menyebut bahwa Sultan Abdul Mufakir diteruskan kekuasaannya oleh Sultan Ageng Tirtayasa. “Sultan Abdul Mufakir itu adalah kakeknya Sultan Ageng Tirtayasa (Abu al-Fath Abdul Fattah).”

Dalam Susunan sejarah kesultanan Banten sendiri dimulai dari Syarif Hidayahtullah Susuhunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan (1552-1570), Maulana Yusuf Panembahan Pakalangan Gede (1570-1580), Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten (1525-1552), Sultan Abul Mafachir Mahmud Abdul Kadir Kenari (1580-1596), Sultan Abul Ma’ali Ahmad (1596-1651), Sultan Ageng Tirtayasa-Abul Fath Abdul Fattah (1651-1672)

Somad juga menjelaskan bahwa sebelumnya di Banten tidak mengenal gelar sultan tetapi maulana. “Sebelumnya ada Maulana Hasanudin, Maulana Yusuf, Maulana Muhammad, Sultan Abdul Mufakir. Sultan Abdul Mufakir ini sultan pertama yang ada di Pulau Jawa. Ini tidak banyak disampaikan di pelajaran di sekolah. Pernyataan (Rangga) ada sisi positif karena orang kemudian harus bertanya benarkah yang disampaikan Rangga ini. Sultan Abdul Mufakir ini sebenarnya revolusioner karena ia orang pertama yang meminta gelar ‘sultan’ kepada Mekah, yang merupakan bawahan dari Kesultanan Turki Usmani. Sebelumnya di Banten hanya bergelar ‘maulana’.”

Pernyataan kedua yang tidak berlandaskan fakta sejarah bahwa ada hubungan antara Banten dengan Amerika Serikat. “Kalau dalam sejarah setahu saya Amerika itu intens-nya dengan Kesultanan Aceh. Banten itu pernah pengirimkan utusan ke Inggris. Tapi ini menarik, apakah betul Banten punya hubungan diplomatik (kala itu) dengan Amerika. Viralnya Rangga bisa menjadi pemantik bagi guru sejarah dan masyarakat di Banten untuk mengetahui lebih dalam kebenaran sejarahnya seperti apa,” kata dia.

Penghapusan Pelajaran Sejarah di Sekolah

Sebelumnya, pemerintah akan menghapuskan pelajaran sejarah di sekolah. Kurikulum di sekolah hanya menyisipkan pelajaran sejarah dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tidak mandiri sebagai disiplin keilmuan tersendiri.

Sejarawan dan Pemimpin Redaksi Historia.id, Bonnie Triyana menyatakan, mata pelajaran Sejarah tidak boleh dihapuskan di sekolah. Lebih dari itu, Bonnie justru menitikberatkan pada relevansi pembelajaran Sejarah di sekolah. Misalnya, penting diadakannya pembuatan modul sejarah berdasarkan peminatan studi. Misalnya, Jurusan SMK teknik mesin, banyak mempelajari tentang sejarah permesinan.

“Pelajaran Sejarah tidak boleh dihapus karena pelajaran Sejarah tujuan utamanya adalah mempelajari metode berpikir kritis, memiliki kemampuan logis, rasional dan kritis. Selain itu, sudah lama saya juga mengingatkan bahwa mata pelajaran Sejarah harus relevan dengan peminatan siswa, misalnya kalau dia sekolahnya di Jurusan SMK Teknik Mesin, mana mungkin mempelajari tentang sejarah pemilu,” kata Bonnie.

Bonnie menambahkan, pelajaran Sejarah penting untuk dipelajari, bahkan tiap waktu, karena hal itu bisa relevan untuk karir dari seorang siswa di masa yang akan datang. Sebagaimana jargon Historia.id, masa lalu selalu aktual. Selain itu, menurutnya, pelajaran Sejarah juga tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja melainkan juga harus ada di ruang publik contohnya seperti Museum Multatuli yang ada di Rangkasbitung, Lebak, Banten.

(you/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News