SERANG – Setelah sukses tayang perdana dan berkompetisi di Program Platform Toronto International Film Festival (TIFF) 2021, kali ini YUNI film berbahasa Jawa Serang (Jaseng) akan bertemu dengan para penontonnya di Busan International Film Festival (BIFF) 2021. BIFF ke-26 akan digelar pada 6 sampai 15 Oktober mendatang.
YUNI termasuk dalan lima film Indonesia yang akan ditayangkan pada festival tersebut. Lima film Indonesia yang akan ditayangkan pada BIFF yaitu YUNI karya sutradara Kamila Andini, Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) karya sutradara Edwin, Laut Memanggilku (The Sea Calls For Me) garapan Tumpal Tampubolon.
Selanjutnya Marlina Si Pembunuh Empat Babak (Marlina The Murderer in Four Acts) karya Mouly Surya, dan Penyalin Cahaya (Photocopier) karya sutradara Wregas Bhanuteja.
Dalam BIFF 2021, YUNI bersama Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) termasuk ke dalam kategori A Window on Asian Cinema, film-film yang dianggap mewakili bentuk sinema asia saat ini dari para pembuat film berbakat.
Produser film YUNI, Ifa Isfansyah mengungkapkan kebahagiaannya atas pencapaian YUNI yang dapat terpilih untuk tayang di BIFF 2021.
“Senang banget karena Busan untuk saya dan juga mungkin sebagian beberapa pembuat film Indonesia termasuk festival yang sudah seperti rumah buat kita karena mereka sangat concern dengan film-film Asia. Jadi senang banget YUNI bisa diputar di Busan,” ujarnya pada BantenNews.co.id melalui sambungan telepon, Kamis (16/9/2021).
Memulai perjalanan festival internasional pertamanya di BIFF pada 2006 silam hingga mendapatkan beasiswa, bagi Ifa, festival tersebut memiliki spirit yang berbeda di hatinya.
“(Busan) Festival internasional pertama yang saya kunjungi di luar Indonesia tahun 2006, ikut workshop di situ membuat film pendek saya dapat beasiswa di sana selama dua tahun jadi kayak memang ada tempat tersendiri di hati saya festival itu. Setiap tahun selalu mencari cara untuk selalu pengin balik ke Busan karena spirit festivalnya memang berbeda dengan festival-festival yang lain,” ungkap Ifa.
YUNI tidak hanya menampilkan suatu budaya melalui bahasa daerah yang banyak orang belum mengetahuinya, menurut Ifa, hal lain yang menjadikan YUNI menarik untuk ditonton karena YUNI dapat menceritakan tentang kehidupan remaja di luar kota besar yang masih jarang ditemukan di film-film Indonesia.
“Yang menarik tentu saja karena YUNI mengambil perspektif dari remaja-remaja yang tinggal tidak di kota besar. Jadi menurut saya penting sekali menyuarakan perspektif tentang mereka dengan isu apa saja karena kita harus melihat mayoritas remaja itu tidak tinggal di kota besar,” kata Ifa.
Untuk pemutaran film YUNI di Indonesia, pihaknya memang berencana akan menayangkan film YUNI di bioskop-bioskop tanah air.
“Iya, mudah-mudahan secepatnya, kita mengusahakan secepatnya,” ucap Ifa.
(Nin/Red)