Nama lain yang patut dicatat dalam gerakan Geger Cilegon 1888 selain Haji Abdul Karim, Haji Wasid atau Ki Wasid yakni Kyai Haji Tubagus Ismail. Ketiganya merupakan tiga serangkai aktor intelektual dalam pemberontakan petani di Banten pada masa itu.
Kyai Haji Tubagus Ismail merupakan murid tarekat qadiriah Haji Abdul Karim. Melalui gerakan tarekat tersebut pada tahun 1883 kaum pemberontak dan pengikut-pengikut dari Haji Abdul Karim mulai melakukan gerakan-gerakan politik keagamaan.
Seperti terlihat dari namanya Kyai Haji Tubagus Ismail merupakan bangsawan Banten yang telah kehilangan pengaruh politik di hadapan pemerintah Kolonial namun masih punya prestise di kalangan masyarakat. Dalam catatan Sartono melalui buku Pemberontakan Petani Banten 1888, Tubagus Ismail beberapa kali menunaikan ibadah haji ke kota Mekah.
Dari perjalanan haji tersebut, muncul kebencian dan semangat pemberontakan yang makin kental terhadap pemerintah kolonial. “Pada perjalanan hajinya yang terakhir ia menerangkan kepada rekan-rekannya bahwa menurut ulama di Mekah, Banten akan mempunyai rajanya sendiri setelah pohon-pohon Johar ditanam di pinggir jalan,” tulis Sartono.
Sekembalinya di kampung halamannya di Gulacir Kyai Haji Tubagus Ismail mendirikan pondok pesantren dan cabang tarekat qadiriah. Ia berharap mendapat pengikut yang banyak.
Di kalangan masyarakat Banten sendiri, Tubagus Ismail sangat dihargai oleh masyarakat. Pertama karena keturunan bangsawan, ia juga dikenal sebagai cucu Tubagus Urip yang telah dianggap Wali Allah.
Ia sendiri dikenal sebagai orang yang eksentrik karena tidak mencukur rambutnya seperti lazimnya seorang haji. Dalam setiap perjamuan, ia tak mau memakan atau meminum apapun hidangan yang disajikan sahibul hajat atau sahibul bait. Prilakunya tersebut ternyata menarik simpati masyarakat.
Setelah mendapat simpati masyarakat kyai haji Tubagus Ismail mulai mempropagandakan pemberontakan melawan kekuasaan kolonial. Sejak permulaan kampanyenya banyak kiai yang terkenal sudah menyetujui gagasan-gagasan kyai haji Tubagus Ismail dan menyatakan bersedia mendukung tugas sucinya.
Mereka yang menyatakan akan mendukung misi tersebut adalah Haji Wasid dari Beji, Haji Abubakar dari Pontang, Haji Sangadeli dari Kaloran, Haji Iskak dari Saneja, Haji Usman dari Tunggak, Haji Asnawi dari Bandung Lampuyang dan Haji Muhammad Asik dari Bendung. Semuanya adalah kyai-kyai berpengaruh di Banten.
(You/Red)