SERANG – Kerja keras dan ketekunan menjadi modal penting dalam meraih kesuksesan, apalagi hidup di perantauan. Hal itu juga dialami oleh Taufik Arrahman, anggota DPRD Banten periode 2024-2029 dari Fraksi Demokrat.
Dalam podcast bersama BantenNews.co.id, Kamis (14/11/2024), Taufik Arrahman menceritakan perjalanan hidupnya sebelum terjun ke dunia politik.
Taufik mengatakan, dirinya sejak usia 15 tahun harus merantau dari Panakulan, Kabupaten Pali, Sumatera Selatan ke Tangerang, Provinsi Banten, untuk mengubah nasib.
“Sejak lulus SMP, sekitar awal tahun 1990 saya sudah merantau ke Tangerang. Selain untuk mengubah nasib, juga saya ingin melanjutkan pendidikan. Karena di kampung saya (dulu) kalau mau melanjutkan pendidikan itu harus ke Palembang kota dan itu jauh (jaraknya) 12 jam lewat jalur air,” kata Taufik.
Taufik muda pun akhirnya hijrah ke Tangerang. Di sana, dirinya tinggal di rumah paman yang terlebih dahulu telah merantau.
“Saya tinggal di rumah paman saya. Rutinitas saya yah setiap pagi cuci piring lalu membersihkan halaman rumah. Namanya numpang (hidup) yah,” katanya.
Taufik menuturkan, dirinya sadar tidak bisa terus menumpang hidup tanpa mendapatkan penghasilan. Apalagi, ia merupakan anak yatim.
“Alhamdulillah, saya berkenalan dengan salah satu rekan. Dan kebetulan penjual koran. Saya tanya lah, bang saya mau kerja (jadi pedagang koran eceran). Dari situ mulai saya diajak jualan,” tuturnya.
“Saya akhirnya mulai jualan koran. Jadi rutinitas saya sehari-hari bangun jam 4 subuh, cuci piring, bersih-bersih rumah, lalu jualan koran sampai pukul 10.00 WIB. Setalah itu saya pulang lalu mandi dan berangkat sekolah,” sambung sulung dari lima bersaudara itu.
Rutinitas sebagai penjual koran dilakukan Taufik hingga semester tiga bangku perkuliahan.
“Bahkan, pas saya kelas 2 SMA, saya sudah menjadi agen dan mempekerjakan 30 orang. Dan penghasilan saya waktu itu sudah di atas UMK (upah minimum kabupaten/kota, red). Kalau dulu sebelum jadi agen koran per hari saya dapat Rp8.000, dan itu dua kali lipat UMK yang per harinya Rp3.000. Ketika jadi agen per hari saya dapat Rp12 ribu sampai Rp15 ribu. Kalau dikonversi ke tahun ini per bulan saya dapat kurang lebih Rp12 juta sampai Rp13 juta,” ungkap Taufik.
Taufik mengaku, pekerjaan itu dilakukan selain untuk menyambung hidup juga untuk membiayai pendidikannya.
“Yang pasti hasil jualan koran itu untuk hidup dan membiayai sekolah saya. Apalagi bapak saya kan sudah meninggal, dan saya juga tidak bisa mengandalkan kiriman dari Ibu saya,” ujarnya.
Suka duka dalam menekuni profesi sebagai penjual koran pun dialami oleh Taufik muda.
“Yah pasti ada suka dan duka. Tapi hal itu yang membuat mental saya teruji,” ucapnya.
Penulis: Tb Moch. Ibnu Rushd
Editor: TB Ahmad Fauzi