Beranda Kesehatan Target Nol Kematian DBD, Kemenkes Kumpulkan Data Real Time Lewat SIARVI

Target Nol Kematian DBD, Kemenkes Kumpulkan Data Real Time Lewat SIARVI

Ilustrasi - foto istimewa ohayo.co.id
FollowWhatsApp Channel BantenNews.co.id untuk Berita Terkini

JAKARTA – Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyoroti kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tergolong tinggi. Sepanjang tahun 2023, terdapat 574 kematian dari 83.302 kasus.

Oleh karena itu, Pemerintah telah menetapkan target nol kematian akibat DBD di tahun 2030. Kemenkes RI juga meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI), yang menjadi alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans dengue dan arbovirus lainnya dengan menampilkan data real time.

Penyakit arbovirus adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit arbovirus yang dicatat dan dilaporkan dalam SIARVI adalah demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, dan Japanese encephalitis (JE). SIARVI sendiri diluncurkan pada bulan Februari 2023.

Selain melakukan pencatatan dan pelaporan data DBD, Chikungunya dan JE, SIARVI mempunyai beberapa fitur yakni analisis data penyakit arbovirus, pemantauan situasi penyakit arbovirus, dan pemberian peringatan dini mengenai penyakit arbovirus.

Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes RI l, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, untuk dapat menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis

“Untuk itu, kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan kita kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030. Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, maupun sektor swasta,” ujar Maxi dikutip dari Suara.com (jaringan BantenNews.co.id), Minggu (14/1/2023).

Selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi untuk menurunkan angka kejadian dengue.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht mengatakan, sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue.

Baca Juga :  Jelang Pilkada, Masyarakat Kota Tangerang Diminta Jaga Kondusifitas

“Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue,” ujar Andreas.

“Selain terkait akses, komitmen tersebut juga kami wujudkan melalui rangkaian kegiatan yang berkesinambungan bersama Kementerian Kesehatan RI dalam meningkatkan peran, serta kapasitas, baik tenaga kesehatan, komunitas, maupun masyarakat melalui kampanye kesehatan Ayo 3M Plus dan Vaksin DBD. Kami percaya bahwa penanggulangan dengue di Indonesia menjadi tanggung jawab kita semua,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya menyampaikan, salah satu program yang mendukung pencapaian ‘nol kematian akibat dengue 2030’ adalah Program Vaksinasi DBD yang diluncurkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 12 November 2023 lalu.

“Kami sangat antusias menjalankan program yang bersejarah ini, di mana ini merupakan pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia, sebanyak lebih dari 19.000 dosis kami alokasikan untuk Kalimantan Timur. Kami melihat ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” ucap Shadiq.

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News