
SERANG – Aliran sungai atau kali di Lingkungan Cilincing Pasir Kali, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang tertimbun tanah proyek. Akibatnya, air kerap meluap hingga masuk ke pekarangan warga.
Dari pantauan BantenNews.co.id di lokasi pada Sabtu (8/3/2025) terlihat bahwa aliran sungai yang terletak di belakang Pengadilan Tinggi Agama Banten itu terjadi pendangkalan serta menyisakan aliran air yang kecil.
Proyek tersebut membentang dari belakang Pengadilan Tinggi hingga ke Jembatan Sagarahan. Tidak ada plang informasi mengenai nama proyek dan himbauan larangan memasuki area tersebut.
Salah satu warga yang jarak rumahnya hanya sepelemparan batu dari proyek bernama Dian Hardiana bercerita bahwa pekarangan rumahnya sudah satu bulan terakhir kerap terendam banjir saat curah hujan tinggi mengguyur. Tanah urugan proyek tersebut hanyut terbawa arus sungai ketika hujan karena tidak adanya bangunan pembatas antara proyek dengan aliran sungai.
Kebun di belakang rumahnya yang ditanami pisang terendam banjir karena tepat berada di samping aliran sungai. Seingat Dian, dahulu kedalaman sungai tersebut sekitar satu meter lebih, tapi kini setelah terjadi pendangkalan, ketinggian aliran sungai hampir setara dengan pekarangan rumahnya.
“Sekitar dua bulan sudah sering terjadi banjir, paling parah itu saat hujan deras 27 Februari 2025 kemarin (air) hampir masuk ke dapur rumah saya,” kata Dian saat ditemui di kediamannya.
Dian merupakan warga yang paling terdampak akibat aliran sungai tersebut menjadi dangkal. Setelah hidup bertahun-tahun di sana, baru kali ini ia merasakan banjir. Protes sudah dua kali disampaikan Dian kepada RT setempat.
“Kenapa saya protes juga karena gapernah merasakan banjir tadinya,” imbuhnya.
Protes Dian sempat ditanggapi oleh pihak proyek dengan menyuruh pekerjanya untuk mengeruk tanah itu dengan cangkul.
“Nuruninnya tenaga orang, ya tanah segitu banyaknya mau gimana. Saya ngadu gini juga kalau di proyeknya belum dibendung ya percuma kalau hujan ngalir lagi tanahnya,” keluhnya.
Ketua RT 01 Lingkungan Cilincing Pasar Kali, Jamuri (45) mengatakan proyek itu sudah dimulai kira-kira setahun terakhir. Tadinya, beberapa lahan proyek itu merupakan sawah milik warga yang baru dibebaskan.
Dibanding saat ini, sekitar tiga bulan lalu, kata Jamuri arus sungai masih cukup deras, berbeda dengan keadaan sekarang yang arusnya sudah benar-benar kecil. Akibatnya jika hujan air meluap naik.
“Banjir setelah sawah diurug dan kali itu keurug juga,” ujar Jamuri.
Jamuri menduga tidak adanya bangunan pembatas antara proyek dengan aliran sungai menjadi penyebabnya. Terkait protes warga, Jamuri pernah menyampaikannya kepada mandor proyek yang ditanggapi dengan pengerukan oleh pekerja proyek dengan cangkul seperti penuturan Dian.
“Maksud saya pengennya pakai mobil beko supaya bersih,” imbuhnya.
Jamuri juga mengatakan dari informasi yang beredar di warga, proyek tersebut diduga pembangunan hotel dan sport center atau kawasan olahraga. Saat pertama kali dimulainya proyek, seseorang memang sempat menemui Jumari untuk meminta izin tapi tidak memberitahu pasti nama proyek tersebut.
“Meminta izin doang ‘kami mau ngadain proyek di sini kalau ada apa-apa tolong hubungi’ gitu katanya,” tutur Jumari.
Diketahui, pada Jumat (21/2/2025) lalu juga sempat terjadi peristiwa meninggalnya dua bocah bernama Reval (7) dan Subhi (7) tidak jauh dari area proyek tersebut. Mereka tenggelang setelah berenang di kubangan bekas galian sedalam 1,5 meter.
Penulis: Audindra Kusuma
Editor: Usman Temposo