PANDEGLANG – Tema “Pandeglang Bangkit Selat Sunda Aman” pada Perayaan Hari Jadi Kabupaten Pandeglang ke 145 menuai kritikan dari warga terutama pelaku pariwisata. Pasalnya, tema yang diusung mengenai Selat Sunda namun perayaannya dihelat di pusat Kota Pandeglang.
Tokoh Pariwisata Carita, Teja Heriyana mengatakan, jika Pemkab Pandeglang mengangkat tema di atas seharusnya perayaan HUT Pandeglang kali ini dipusatkan di lokasi yang terdampak tsunami agar lebih tepat dengan tema yang diusung.
“Semua orang bilang tidak tepat lah, kalau dikaitkan dengan Selat Sunda bangkit. Kalau dikaitkan yah, kecuali perayaan itu tidak ada kaitannya dengan Selat Sunda. Tapi kalau temanya dikaitkan dengan Selat Sunda, seharusnya perayaannya ada di Selat Sunda, mau di Sumur kek mau dimana kek, yang penting tadi Selat Sundanya terangkat,” tegas Teja, Rabu (3/4/2019).
Teja beranggapan, meskipun perayaan itu ditempatkan di daerah yang terdampak tetap saja masyarakat tidak akan dapat merasakan secara langsung perayaan itu, namun dibalik hal pasti ada dampak lain yang bisa dirasakan oleh masyarakat yang terdampak ketika kegiatan itu di lokasi terdampak.
“Ya merasakan sih pasti enggak, maupun dibawa ke Carita dan Sumur enggak ikut merasakan. Tapi dampaknya pasti ada di kemudian hari, jadi outputnya yang dicari, kalau dibilang bangkit,” pungkasnya.
Bahkan Teja mempertanyakan anggaran perayaan HUT Pandeglang dan transparansi 49 kegiatan dari Kementerian Pariwisata untuk memulihkan citra pariwisata di dua Kabupaten di Banten yang terkena tsunami.
“Kita juga tidak tau anggaran (HUT Pandeglang-red) apakah APBD, apa memang anggaran yang masuk dalam 49 event? Yang katanya sudah dilaksanakan 16 event, tapi kita enggak tau eventnya dimana aja, dan anggarannya abis berapa. Kan tidak pernah transparan,” ujarnya. (Med/Red)