Oleh : Alam Merdeka
Cilegon hari ini seolah panas di tengah kompetisi demokrasi dari Bakal Calon Walikota. Kita ketahui bersama bahwa Kota Cilegon akan menghadapi Pilkada serentak pada tahun 2020 ini.
Panasnya persaingan dan saling sindir otomatis terjadi. Baru-baru ini terjadi insiden sindiran yang melibatkan tagline beberapa Bakal Calon. Dari kasus ini tentu kita dapat melihat seberapa pentingnya tagline. Mengapa tagline menjadi signifikan? Mengapa juga tagline adalah hal yang mendasar dari politik dengan nilai demokratis? Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah “bagaimana masyarakat dapat sekilas menilai kualitas Bakal Calon?”. Dalam pandangan saya, hal penilaian masyarakat dapat juga didasari oleh tagline atau jargon yang diusung oleh Bakal Calon tersebut.
Pada dasarnya, tagline menurut kamus Merriam Webster adalah “a reiterated phrase identified with an individual, group, or product” . Jika diterjemahkan secara harfiah, maka tagline adalah “frasa yang diulang-ulang diidentifikasikan dengan individu, kelompok, atau produk.” Pengertian di atas sebetulnya telah menjelaskan apa pentingnya tagline. Tagline adalah “identitas” yang ingin dibawa oleh Bakal Calon atau Calon – dalam konteks Pemilu. Kita masih ingat Susilo Bambang Yudhoyono dengan tagline “Lanjutkan!” atau Presiden Joko Widodo dengan “Indonesia Maju”. Kedua tagline tersebut menyiratkan hal yang berbeda, “Lanjutkan!” menyiratkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono ingin melanjutkan apa yang ia telah lakukan, sementara Joko Widodo ingin memajukan Indonesia.
Maka dari itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa tagline juga merepresentasikan apa yang Calon atau Bakal Calon inginkan jika terpilih dan membawa arah politik yang akan dibangun oleh Calon kandidat/kandidat. Inilah kenapa tagline sangat signifikan dalam komptesisi demokrasi, karena tagline merupakan intisari dari tujuan dan keinginan sang Calon atau Bakal Calon itu sendiri.
Dalam demokrasi tagline tentu menjadi penting. Hadirnya pemilihan langsung oleh masyarakat dengan Pemilu maupun Pilkada memaksa setiap Calon atau Bakal calon menawarkan yang terbaik bagi masyarakat. Tagline adalah salah satu alat agar masyarakat mengenal Calon atau Bakal Calon. Maka dari itu, tagline juga merupakan satu alat kampanye yang tepat agar masyarakat mau memilih. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, akhirnya tagline juga merupakan bagaimana masyarakat dapat mengetahui “mau melakukan apa kandidat bersangkutan.”
Setelah melihat beberapa pertimbangan di atas, maka sekarang kita dapat membedah beberapa tagline dari Bakal Calon Walikota di Kota Cilegon. Saya akan mengambil tiga contoh tagline dari tiga Bakal Calon, yaitu: Ali Mujahiddin, Ratu Ati Marliati, dan Iye Iman Rohiman. Ali Mujahiddin mengusung tagline: “Dinasti dan Korupsi Harus Berhenti”, Ratu Ati Marliati membawa: “Sukses Cilegon tak Boleh Henti”, dan Iye mengusung: “Lepaskan Masa Lalu Menuju Cilegon Maju.”
Mari kita bedah satu per satu tagline tiap Bakal Calon tersebut. Ali Mujahiddin membawa semangat yang cukup bergelora melalui kata-kata “Dinasti dan Korupsi Harus Berhenti.”.Melalui tagline ini, Ali Mujahidin mengisyaratkan menyindir Petahana, selain itu perlu kita pertanyaan arah politik pembangunan dari tagline ini. Menurut penulis tagline ini mencerminkan kegamangan dan ketidakpastian setelah terhentinya “Dinasti” dan “Korupsi” yang ia maksud. Lalu apa yang akan terjadi setelah dua hal tersebut terhenti? Ia sempat menjelaskan di salah satu media bahwa akar permasalahan Cilegon ada di korupsi. Setelah Korupsi dan Dinasti ini teratasi, apa yang akan dilakukan olehnya? Pendekatan apa yang berbeda? Apa jaminannya bahwa Cilegon akan selesai permasalahannya setelah kedua hal tersebut hilang.
Selanjutnya adalah Iye Iman Rohiman. Iye memiliki tagline yang satu nafas namun berbeda dengan Ali Mujahiddin. Tagline “Lupakan Masa Lalu Menuju Cilegon Maju” tidak kalah mengherankan dari tagline Ali Mujahiddin. Ada satu hal tersirat melalui tagline ini, yaitu Cilegon tidak pernah maju pada masa lalu. Tidak jelas juga bagaimana Iye ingin menaruh masa lalu dalam tagline ini. Masa lalu, memiliki kegunaan yang sangat penting, yaitu tolok ukur evaluasi. Sementara, Iye ingin menyimpan dan melupakan masa lalu selanjutnya memajukan Cilegon. Bagaimana Cilegon dapat maju jika kita tidak melihat masa lalu? Bagaimana Cilegon akan mengevaluasi banyak hal jika Cilegon harus melupakan dan menyimpan masa lalu? Tagline ini justru membingungkan bagi masyarakat sendiri.
Kontras dari keduanya, Ratu Ati Marliati mencoba membawa optimisme dalam tagline miliknya. “Sukses Cilegon tak Boleh Henti” merupakan tagline yang berbeda dari dua tagline sebelumnya. Ia mencoba mengidentifikasikan dirinya dengan kesuksesan Cilegon yang sudah terjadi dan ia akan meneruskannya. Pembangunan Cilegon dari masa lalu akan ia bawa dan meneruskan apa yang ingin dibangun oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Hal ini tentu positif bagi Cilegon, pasalnya, program masa lalu adalah satu “amanah” yang dititipkan oleh pemimpin terdahulu. Program-program ini juga yang akan menjadikan Cilegon lebih maju dan sukses lagi, tentu dengan banyak pertimbangan – jika itu masih layak dilanjutkan.
Melihat tagline adalah salah satu cara masyarakat menilai Bakal Calon atau Calon. Masyarakat yang cerdas tentu akan melihat bagaimana tagline ini mencerminkan Bakal Calon atau Calon tersebut. Memperhatikan konten tagline sangatlah penting, karena intisari dari keinginan dan tujuan Calon atau Bakal Calon ada di dalamnya.
Tagline adalah alat kampanye, bukan untuk menyerang satu kandidat. Seharusnya, tagline ini juga dapat merepresentasikan arah politik yang ingin dibawa satu kandidiat. Jika tagline digunakan sebagai alat untuk menyerang satu kandidat maka tagline tersebut haruslah dipertanyakan, bahkan kandidat dengan tagline itu juga harus dipertanyakan tujuannya maju ke dalam kompetisi politik. Terakhir, tagline juga mencerminkan kepribadian dari seorang kandidat.
(***)