Beranda Peristiwa Sungai Cidurian Diuruk PIK Hingga Rugikan Petani, Warga Kabupaten Tangerang Demo BBWSC3

Sungai Cidurian Diuruk PIK Hingga Rugikan Petani, Warga Kabupaten Tangerang Demo BBWSC3

Warga Kabupaten Tangerang demo Kantor BBWSC3. (Audindra/bantennews)

SERANG – Front Kebangkitan Petani dan Nelayan (FKPN) unjuk rasa di depan Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, dan Cidurian (BBWSC3) sambil membawa satu ekor monyet, Kamis (20/2/2025).

Protes itu dilakukan terkait adanya pengurukan di salah satu anak Sungai Cidurian karena pembangunan PIK 2 di Desa Muncung, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.

Massa aksi yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Tangerang, khususnya warga Desa Muncung mulai hadir di kantor BBWSC3, sekira pukul 14.00 WIB. Selain warga Muncung, massa aksi juga hadir dari beberapa warga Kabupaten Serang.

Koordinator aksi, Iqbal mengatakan, aksi ini merupakan kekecewaan warga karena adanya pengurukan anak Sungai Cidurian di Desa Muncung yang lebih sering disebut Kali Malang Muara Selasih sejak Juni 2024 lalu akibat pembangunan PIK 2.

Warga kemudian mengirim surat ke BBWSC3 terkait pengurugan itu pada 23 Januari 2025 lalu tapi tidak pernah mendapat respon.

“Mulai pengurukan sekitar bulan Juni (2024), dan itu sungai vital karena 600 hektare tambak menggantungkan pengairannya dari situ,” kata Iqbal.

Selain tambak, sawah milik warga juga menjadi korban karena aliran irigasinya tersendat. Bahkan, pengurukan itu mencapai 2 kilometer.

Warga juga sudah melaporkan kejadian itu ke Ombdusman hingga Komnas HAM.

Usai melaporkan ke beberapa pihak, pengurukan tanah tersebut, kata Iqbal, kini sudah mulai dikeruk tapi belum seluruhnya. Dampaknya juga saat ini masih terasa.

“Mereka harus turun lihat ini sungai kalian. Urusan proyek saja mereka saling mengklaim ‘ini kewenangan kami, ini kewenangan kami’ ketika ada masalah seperti ini ke mana mereka? Ini (pengurugan) sudah perbuatan melawan hukum,” ujar Iqbal.

Di aksi ini warga juga membawa satu kandang kecil berisi monyet. Kandang itu ditempeli kertas bertuliskan ‘Kantor BBWSC3’. Masa aksi juga beberapa kali berteriak ‘Wei monyet keluar’.

Baca Juga :  Kebocoran Gas Pabrik Es di Kota Tangerang, 11 Warga Masih Dirawat di Rumah Sakit

Kata Iqbal monyet tersebut merupakan simbolisasi dari kekecewaan warga.

“Itu bentuk ekspresi karena kita sudah menyurati (BBWSC3) dengan cara yang beradab. Kita marah-marah aja sama monyet. Anggap aja ini para pemegang kebijakan karena mereka sama dengan monyet,” ucapnya.

“Nah ini disclaimer kalau kami tidak mengkritik indvidu tapi secara jabatannya, institusinya,” sambungnya.

Salah satu masa aksi yang juga warga Desa Muncung, Aswani mengatakan, dampak pengurukan itu sangat terasa oleh dirinya yang merupakan seorang petani. Karena irigasi dari sungai tersebut terhambat akibat pengurugan.

“Akibatnya juga hasil panen menurun dari 1 ton lebih paling sekarang panen dua kwintal karena air yang kurang baik,” keluh Aswani.

Penulis: Audindra Kusuma
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News