Beranda Pemerintahan Sukses Kelola Limbah RPH Cilegon, Wahyudi Raih Inovator Tingkat Nasional

Sukses Kelola Limbah RPH Cilegon, Wahyudi Raih Inovator Tingkat Nasional

Sang inovator Wahyudi, tengah mempresentasikan inovasinya dalam pengelolaan limbah RPH. (Ist)

CILEGON – Dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah hasil praktik penyembelihan sapi setiap hari di UPTD Rumah Potong Hewan (RPH) Cilegon pada tahun 2017 silam telah mengilhami Wahyudi untuk menciptakan sebuah solusi yang inovatif.

Ia merasa terpanggil lantaran turut merasakan keresahan warga Terate akan buruknya kualitas air sungai yang biasa digunakan untuk berbagai aktivitas telah dicemari buih busa dan bau menyengat, dampak dari pembuangan rumen dan darah sapi.

“Akhirnya saya pelajarilah apa saja isi kandungan dari rumen sapi yang bisa dimanfaatkan. Ternyata di dalamnya ada unsur karbohidrat, mineral, vitamin dan lainnya. Dari situlah saya berhasil membuat kompos organik melalui fermentasi yang hasilnya saya testimonikan selama satu tahun di berbagai KWT (Kelompok Wanita Tani) dan masyarakat. Ternyata bagus dan diapresiasi,” ujarnya kepada BantenNews.co.id, Kamis (1/6/2023).

Proses fermentasi rumen sapi menjadi kompos organik. (Ist)

Perjalanan salah seorang pegawai UPTD RPH Cilegon ini dalam mengatasi persoalan limbah tersebut tak berjalan mulus. Tanpa mentor, ia sempat menghadapi sejumlah kegagalan, khususnya dalam mengelola limbah darah sapi, hingga terkendala dengan persoalan biaya yang memaksanya merogoh kocek pribadi yang belakangan diketahuinya sudah menelan total ratusan juta rupiah.

“Saya teliti dan uji lab beberapa kali, ternyata darah sapi ini berprotein tinggi. Saya sempat uji coba darah sebagai pakan ikan hingga saya mengajukan pinjaman uang Rp50 juta ke bank untuk membuat kolam ikan bioflok dan beli mesin produksi, tapi produknya gagal karena darah itu saya masak, dikeringkan menjadi tepung, saya buat pelet, tapi malah merusak proteinnya yang berdampak buruk pada ikan,” kenang ayah dari dua orang putri ini.

Semangat pantang menyerah pria berusia 44 tahun ini akhirnya berujung manis pada sebuah inovasi yang dinamakan Pelipur Lara, akronim dari Pemanfaatan Limbah Pemotongan Hewan Ruminansia, Solusi Pencemaran Lingkungan, Air dan Udara, yakni sebuah Teknologi Tepat Guna (TTG) karyanya yang dikabarkan telah memenangkan lomba kategori TTG Unggulan Tingkat Nasional dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) XXIV Tahun 2023 di Provinsi Lampung.

Gelaran nasional itu otomatis ia ikuti setelah sebelumnya meraih juara pertama dalam event TTG di tingkat Kota Cilegon maupun tingkat Provinsi Banten dengan mengenalkan kompos organik dan pelet darah sapi berprotein tinggi.

“Keberangkatan saya di GGTGN ini difasilitasi dan dibiayai oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Banten dan Bappedalitbang Cilegon. Ini event nasional, makanya kita mewakili Provinsi Banten. Tentu saya merasa bersyukur ya, apalagi kabarnya nanti penghargaan itu akan diserahkan langsung oleh Presiden kepada saya sebagai inovator, lalu Gubernur dan Walikota Cilegon sebagai pendamping saja. Semoga Bapak Presiden tidak berhalangan nantinya,” harapnya.

Karya Wahyudi, sebuah proses produksi pelet ikan dari darah sapi. (Ist)

Menurut rencana, capaian penghargaannya sebagai inovator di tingkat nasional itu akan diperoleh Wahyudi pada pekan depan. Lolos sebagai tiga besar, Wahyudi akan bersaing melalui nilai akhir dengan dua inovator andal lainnya asal Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau dan Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

“Semula tujuan awal saya itu bukan untuk lomba, hanya belajar otodidak membantu mengatasi masalah limbah saja. Harapannya inovasi saya ini bisa direplika, dicontoh oleh seluruh RPH se Indonesia yang rata-rata masih membuang limbahnya ke sungai. Dengan memanfaatkan limbah dari RPH, kita bisa meningkatkan produktifitas pertanian dan perikanan,” tutup Wahyudi merendah.

(dev/red)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News