SERANG – Fikri mengaku panik ketika terjadi gempa berkekuatan 6,7 skala richter yang berpusat di Sumur, Pandeglang, Banten. Padahal, warga Pandeglang tersebut kerap aktif dalam komunitas wisata di pesisir pantai di Banten. Kurangnya sosialisasi mitigasi bencana menjadikannya tetap saja panik saat gempa terjadi dan berdampak pada banyaknya kerugian meteri karena rusaknya bangunan akibat gempa.
“Sosialisasinya harus diakui sangat jarang. Paling hanya sekadar formalitas fofo-foto usai langsung pulang. Harusnya berkala, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pesisir seperti saya,” kata dia kepada BantenNews.co.id, Senin (17/1/2022).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Madyani, warga Panimbang, Pandeglang, Banten. Minimnya pemahaman masyarakat ketika terjadi bencana kerap kali membuat panik dan malah membahayakan diri. “Dulu pernah ada, cuma sudah lama sekali. Warga kan banyak juga yang pendatang, mereka mana tau. Harusnya sosialisasinya berkelanjutan,” ujarnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data hasil update Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten hingga hari Senin pukul 09.00 WIB (17/1/2022), 4 wilayah di Provinsi Banten terdampak gempa. Sebanyak 225 desa/kelurahan di 55 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang terdampak gempa.
Data terakhir, kerusakan terjadi pada 2.531 rumah, 51 sekolah, 16 Puskesmas, 20 sarana ibadah, 4 kantor pemerintah, serta 3 tempat usaha.
Dampak terluas di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 163 desa/ kelurahan di 30 kecamatan. Sebanyak 2.244 rumah mengalami kerusakan. Selanjutnya 43 sekolah, 16 Puskesmas, 14 sarana ibadah, 3 kantor pemerintah, dan 3 tempat usaha mengalami kerusakan.
Di Kabupaten Lebak, wilayah terdampak gempa tersebar di 55 desa/kelurahan pada 19 kecamatan. Sebanyak 274 rumah, 8 sekolah, 6 sarana ibadah, dan 1 kantor pemerintah mengalami kerusakan.
Di Kabupaten Serang, wilayah terdampak gempa di 5 desa/kelurahan pada 4 kecamatan. Sebanyak 10 rumah mengalami kerusakan.
Sementara di Kabupaten Tangerang, wilayah terdampak gempa terjadi pada 2 desa/kelurahan di 2 Kecamatan. Sebanyak 3 rumah mengalami kerusakan.
Pakar Kegempaan dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meliano dampak kerusakan yang timbul akibat gempa menunjukkan sistem mitigasi bencana belum ideal apalagi untuk mengimbangi potensi megathrust yang mungkin muncul. “Gempa yang intensitasnya kecil saja ternyata dampaknya cukup besar, bagi kita itu harus menjadi perhatian,” kata Ahli Kegempaan ITB Irwan Meilano dikutip dari BBC.
Sayangnya menurut Irwan, sistem mitigasi bencana yang buruk itu terus berulang sehingga menyebabkan banyaknya kerusakan dan korban jiwa. “Seolah kita tidak pernah belajar dari gempa-gempa sebelumnya.”
(You/Red)