PANDEGLANG – Sebelum peristiwa penusukan, Menko Polhukam Jendral (Purn) Wiranto bercerita tentang masa kecilnya yang ingin selalu dekat dengan presiden.
Kisah itu ia ceritakan saat memberikan sambutan di acara peresmian Gedung Kuliah Bersama Universitas Mathla’ul Anwar di Kampung Cikaliung, Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, Pandeglang.
Ia bercerita, keinginannya ingin dekat presiden bermula saat ingin mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Soekarno di Solo, namun karena waktu itu ia masih anak-anak jadi diusir oleh Paspampres.
“Jadi pada saat saya masih kecil dulu waktu SD di Solo kota kelahiran saya, Presiden Soekarno mau pidato, waktu itu di rumah dinas walikota, saya anak kecil mau denger pidatonya mau masuk ga boleh sama satpam dan Paspampres, eh anak kecil ayo minggir-minggir,” kata Wiranto menirukan kata Paspampres waktu itu, Kamis (9/10/2019).
Karena tetap ngotot ingin mendengarkan pidato presiden, Wiranto kecil terpaksa memanjat pohon cemara di depan gedung walikota bersama 4 orang anak kecil lain. Ia mengaku dari keempat anak kecil tadi dia lah yang paling ujung di pohon tersebut.
“Akhirnya saya naik pohon Cemara. Cemara nya tinggi, ada 4 orang yang naik dan saya paling ujung untuk dengar presiden pidato,” jelas Wiranto disambut riuh tamu undangan yang datang waktu itu.
Sangking sulitnya dekat dengan presiden bahkan hanya untuk mendengarkan pidato kenegaraan, dalam hati Wiranto kecil berucap bahwa kelak ketika ia besar ingin dekat dengan presiden.
“Ajudan presiden iya, presiden Soeharto deket, Habibie deket, presiden Gus Dur deket lagi, pak Jokowi jadi presiden deket lagi. Saya pernah nyalon jadi calon wakil presiden tetapi nasib saya bukan jadi wakil presiden melainkan membantu presiden,” terangnya. (Med/Red)