JAKARTA – PT Krakatau Steel (KS) mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2018 di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (26/4/2019). Rapat digelar secara tutup dari awak media.
Melalui siaran tertulis Direktur Utama PT KS, Silmy Karim mengatakan bahwa perusahaan secara perlahan terus memperbaiki kinerja dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 lalu telah terjadi kenaikan pendapatan bersih seiring dengan kenaikan jumlah volume penjualan.
Pendapatan bersih meningkat 20,05 % YoY menjadi USD1.739,54 juta sementara, volume penjualan meningkat 12,84% yakni sebesar 2,144,050 ton baja jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,900,075 ton.
“Sepanjang tahun 2018 lalu Perseroan cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja. Secara rata-rata harga jual produk HRC meningkat 10,03% menjadi USD657/ton, CRC naik 6,72% menjadi USD717/ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi USD635/ton. Ini adalah salah satu ciri bahwa pasar baja domestik membaik,” ujarnya.
Untuk kinerja keuangan, rugi bersih Perseroan pada 2018 juga mengalami perbaikan sebesar 8,48% atau menurun menjadi USD74,82 juta dibanding dengan tahun sebelumnya mencapai USD81,74 juta, juga membaiknya performa perusahaan asosiasi dan joint venture yang menjadi rugi USD5,31 juta selama tahun 2018 dari rugi USD41,24 juta pada tahun 2017.
Menjelang akhir tahun lalu, perseroan juga telah menandatangani kesepakatan dengan sejumlah BUMN karya tentang penggunaan baja dalam negeri untuk proyek-proyek yang dijalankan oleh pemerintah. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja Perseroan ke depan. Pada proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau Japek II Elevated Toll Road suplai baja Perseroan per Desember 2018 telah mencapai 151.090 ton.
Silmy melanjutkan, sentimen positif lainnya adalah keberhasilan dalam perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk Hot Rolled Coil (HRC) yang diimpor dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand yang mulai berlaku pada 2 April 2019 sampai 5 tahun ke depan.
Perpanjangan BMAD tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.010/2019 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Republik Rakyat Tiongkok, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan, Dan Thailand yang akan mulai berlaku pada 2 April 2019 sampai 5 tahun ke depan.
“Pada tahun 2019, Perseroan merencanakan untuk menambah jumlah porsi penjualan ekspor yakni sebesar 650.000 ton HRC/P ke Negara Malaysia, India dan negara lainnya. Pada bulan Maret 2019 ini, sebanyak 12.000 ton HRC/P telah diekspor ke Negeri Jiran Malaysia, seiring dengan kebijakan otoritas setempat yang menyatakan dicabutnya aturan anti dumping bagi Indonesia karena ketiadaan produsen HRC dalam negeri Malaysia,” terangnya.
Dikatakan sebelumnya, juga telah terjadi revisi Peraturan Kementerian Perdagangan 22/2018 menjadi Permendag 110/2018 tentang Ketentuan Impor Besi dan Baja. Dalam aturan baru tersebut, pertimbangan teknis dari Kementerian Perindustrian yang sebelumnya tidak ada, kini diadakan lagi. Revisi aturan ini akan semakin mendorong geliat pasar baja dalam negeri dan mengendalikan , karena dapat menghambat masuknya baja impor.
Proyek pembangunan pabrik Hot Strip Mill #2 saat ini sudah mencapai 91,52% konstruksi fisik per 31 Desember 2018. Pabrik ini akan menghasilkan tambahan 1,5 juta ton per tahun produk HRC bagi Perseroan, yang mechanical completion akan selesai di Q2 2019.
“Sementara proyek Blast Furnace sudah dilakukan penyalaan perdana pada 20 Desember lalu, dan saat ini sedang tahap persiapan uji coba (commissioning),” katanya.
Sementara terakhir transformasi Bisnis dan Keuangan Di sisi internal, Perseroan telah dan terus melakukan berbagai upaya perbaikan kinerja untuk menjadikan Perseroan sehat dan tumbuh secara berkesinambungan diantaranya penyelesaian proyek strategis, transformasi sales dan marketing, program efisiensi biaya melalui pola operasi yang optimal, optimalisasi aset, dan program restrukturisasi keuangan.
“Perseroan saat ini sedang melakukan program transformasi keuangan yaitu melakukan penataan kembali hutang Perseroan dengan tujuan re-profiling terhadap hutang modal kerja dan bagian dari hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo dengan tujuan untuk mengurangi beban pembayaran dan memperbaiki cash flow; dan melakukan penurunan tingkat bunga dari para kreditur dengan tujuan untuk meringankan beban bunga serta memperbaiki profitabilitas dan cash flow,” ucapnya.
Sebelumnya, Perseroan telah melakukan Perjanjian Pokok Transformasi Bisnis dan Keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Bank HIMBARA pada tanggal 22 Maret 2019. Selain itu, Perseroan telah mengajukan permohonan modal kerja tambahan (bridging loan) senilai 200 Juta Dolar Amerika dari Bank HIMBARA, dan telah menandatangani Perjanjian Kredit modal kerja ini pada tanggal 5 April 2019.
Sejalan dengan hal ini, sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Pokok Transformasi Bisnis dan Keuangan Perseroan akan melakukan berbagai inisiatif untuk memastikan kemampuannya memenuhi kewajiban kepada kreditur. Diantaranya dengan melakukan penataan kembalu hutang Perseroan, pelaksanaan program operational excellent untuk meningkatkan daya saing produk, optimalisasi aset anak perusahaan dan divestasi saham anak perusahaan dengan opsi buy back, penataan portofolio untuk mendukung bisnis inti dan penciptaan bisnis inti baru, serta penerbitan convertible bonds, serta pelaksanaan rights issue.
Untuk kinerja keuangan, rugi bersih Perseroan pada 2018 juga mengalami perbaikan sebesar 8,48% atau menurun menjadi USD74,82 juta dibading dengan tahun sebelumnya mencapai USD81,74 juta. Juga Perbaikan ini sebagian besar dipicu oleh membaiknya performa perusahaan asosiasi dan joint venture yang menjadi rugi USD5,31 juta selama tahun 2018 dari rugi USD41,24 juta pada tahun 2017.
Proyek pembangunan pabrik Hot Strip Mill #2 saat ini sudah mencapai 91,52% konstruksi fisik per 31 Desember 2018. Pabrik ini akan menghasilkan tambahan 1,5 juta ton per tahun produk HRC bagi Perseroan, yang mechanical completion akan selesai di Q2 2019.
Sementara proyek Blast Furnace sudah dilakukan penyalaan perdana pada 20 Desember lalu, dan saat ini sedang tahap persiapan uji coba (commissioning). (Man/Red)