PANDEGLANG – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Pandeglang mencatat sekitar 7.164 hektare sawah yang tersebar di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang terancam gagal tumbuh setelah terdampak banjir, Kamis (12/12/2024).
Kepala DPKP Kabupaten Pandeglang, Nasir menjelaskan, ada 2 kategori lahan yang terdampak banjir, pertama masa persemaian
berumur 1-15 hari dan kedua sedang masa berumur tanam 1-100 hari. Jika dalam waktu dekat tanaman padi tersebut tidak tumbuh pucuk maka dipastikan tanaman tersebut akan gagal tumbuh.
“Ini sedang persemaian dan masa tanam cuman ini diterjang banjir lebih dari 7 hari. Karena intensitas hujan terlalu tinggi belum terlihat pertumbuhan dan biasanya 6 hari tidak tumbuh pucuk itu masuk kategori rusak berat,” kata Nasir.
Namun kata Nasir, pihaknya belum memvonis tanaman tersebut gagal tumbuh karena masih dilakukan verifikasi oleh petugas POPT (pengendali organisasi pengganggu tumbuhan). Nantinya, kata dia, petugas tersebut yang akan merinci berapa hektar tanaman rusak berat dan berapa yang masuk kategori puso.
Kata dia, sejauh ini DPKP Kabupaten Pandeglang bersama dengan pertanian provinsi dan kementerian pertanian masih melakukan beberapa upaya agar tanaman tersebut masih bisa tumbuh. Akan tetapi, jika tanaman tersebut gagal tumbuh pihaknya akan segera mengajukan bantuan benih ke pemerintah pusat supaya petani secepatnya dapat pengganti benih.
“Langkah-langkah memang kami lakukan, hari ini kami bersama dari provinsi dan pusat melakukan koordinasi untuk mencari penyebab dan solusinya ke depannya. Penyebabnya itu akan kami laporkan ke menteri pertanian dan ke provinsi supaya ke depan menghasilkan solusi. Untuk petani yang terdampak setelah diidentifikasi segera kami usulkan bantuan benih kembali agar segera mempercepat tanam kembali supaya tidak terlalu berdampak pada produksi panen ke depan,” ungkapnya.
Adapun lahan pertanian yang terdampak banjir berada di Kecamatan Cikeusik, Munjul, Sindangresmi, Sobang, Panimbang, Pagelaran, Patia, Sukaresmi, Bojong, Picung, Cisata dan Kecamatan Saketi.
Selain mengusulkan bantuan benih, pihaknya juga meminta adanya solusi jangka panjang bagi para petani salah satunya dengan normalisasi sungai di sekitar lahan pertanian. Tujuannya, ketika banjir terjadi sungai tersebut tidak meluap ke lahan pertanian.
“Apakah sungai atau saluran air perlu di normalisasi kedepannya seperti Sungai Cilatak, Cimoyan, Cilemer dan Ciliman yang menyebabkan beberapa lokasi banjir yang parah karena meluapnya sungai-sungai tersebut. Kita sedang menyiapkan usulan insya Allah sore ini bisa kita usulkan ke Jakarta semoga harapan kita petani yang terdampak bisa dibantu benihnya sesuai kebutuhan agar segera dapat disemai lagi dan ditanami kembali,” tutupnya.
Penulis : Memed
Editor : TB Ahmad Fauzi