SERANG – Beberapa relawan yang tergabung dalam Aliansi Relawan Banten Peduli Semeru yg terdiri dari Komunitas Relawan Banten (KRB), BEM KM FH Untirta, Padepokan Kupi, Criminal Law Institute (CLI), Haji Rocker Fondation dan CLSA FH UNTIRTA, menggelar Trauma Healing bagi anak terdampak erupsi Semeru.
Aliansi Relawan Banten Peduli Semeru berkordinasi dengan Posko relawan lokal, Gusti Allah Fundation berlokasi di Oro-oro Ombo, Lumajang
Relawan harus mempunyai inisiatif dan rasa peduli terhadap para korban meskipun lintas batas, seperti halnya terhadap korban erupsi Semeru, terutama anak.
Program Trauma Healing digelar di dua tempat yang berbeda, yaitu di Posko Pengungsi Pronojiwo dan Desa Oro-oro Ombo yang diikuti hampir 200 anak yang dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Desember 2021, Kabupaten Lumajang.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kembali rasa kepercayaan diri serta memulihkan kondisi anak anak terdampak erupsi gunung Semeru. dalam setiap pelaksanaan kegiatannya memiliki maksud-maksud tertentu agar anak-anak dapat menghilangkan rasa takut, peduli terhadap lingkungan sendiri dan edukasi secara dini manajemen kebencanaan untuk usia anak.
Selain melakukan program Trauma Healing, relawan dari Banten juga mengunjungi daerah terdampak parah yaitu Supit Urang dan memberikan bantuan sembako.
Menutup tahun dengan kegiatan Trauma Healing serta penyerahan donasi pada masyarakat sekitar Gunung Semeru diharapkan dapat menjadi lembaran baru bagi para Relawan di Banten untuk tetap maju dan saling membantu, demikian disampaikan Haykal, Ketua BEM FH UNTIRTA.
Trauma Healing kali ini dipimpin langsung oleh Aliyth Prakarsa, Dosen FH Untirta yang juga Komandan Komunitas Relawan Banten. Aliyth menyatakan bahwa anak korban bencana merupakan anak yang harus mendapat perlindungan, baik dari negara atau pun masyarakat.
Oleh karenanya, mengajak anak terdampak erupsi Semeru untuk bermain meski di lokasi bencana, merupakan sebuah kegiatan yang dapat membantu pemulihan trauma anak akan bencana.
“Mengajak anak korban terdampak bermain, merupakan sebuah upaya mengembalikan keceriaan anak-anak dan memulihkan trauma. Diharapkan di masa depan, anak-anak ini akan lebih tangguh dan dapat menjalani kehidupan tanpa terganggu peristiwa bencana masa lalu”. Ujarnya penuh semangat, Selasa (28/12/2021).
(Red)