Beranda Budaya Rara Kawi, Gajah Peliharaan Sultan Banten

Rara Kawi, Gajah Peliharaan Sultan Banten

Pasar di Kesultanan Banten sekitar tahun 1598. (Koninklijke Bibliotheek/Wikimedia Commons).

SAAT berkunjung ke Kesultanan Banten pada 1694, Francois Valentijn (1666-1727), misionaris dan naturalis Belanda melihat gajah sebagai salah satu hewan peliharaan sultan. Dia menggambar pemandangan Banten yang menunjukkan bahwa pada pertengahan pertama abad ke-17 terdapat seekor gajah di lapangan di bawah sebuah bangunan beratap di sekitar Kesultanan Banten.

Cerita tentang gajah peliharaan sultan ini juga tercatat dalam Babad Banten (pupuh 44) yang menyebutkan bahwa gajah itu bernama Rara Kawi. Hewan dengan khas belalai dan gading itu diikat pada sebuah tonggak di panyurugan (galangan kapal kerajaan) di tepi sungai.

Keberadaan gajah di kesultanan Banten juga dikisahkan Jean Baptiste Tavernier, pedagang dan penjelajah Prancis yang berkunjung ke Banten pada Juli 1648. Dia menghitung ada 16 ekor gajah di bagian dalam istana Kesultanan Banten. Dia juga menyebut bahwa raja memiliki jauh lebih banyak gajah.

“Mengingat bahwa keraton-keraton Jawa Tengah tetap meneruskan tradisi memiliki gajah sampai abad ke-20, kita memperkirakan bahwa tradisi ini tidak ditinggalkan di Banten meskipun sultan lebih percaya kepada persenjataan modern,” tulis Claude Guillot dalam Banten: Sejarah dan Peradaban Adad X-XVII.

Dikutip dari Historia.id, ketika Cornelis Speelman diangkat menjadi gubernur jenderal pada November 1681, Sultan Banten menghadiakan seekor gajah kepadanya dalam upacara yang dianggap sama pentingnya dengan penobatan raja.

Pada Januari 1681, datanglah rombongan kedutaan pertama Kerajaan Siam untuk Prancis ke Banten. Rombongan ini, yang kemudian mengalami kecelakaan di tengah laut dalam perjalanannya menuju Prancis, singgah di Banten untuk alasan teknis dan tinggal selama delapan bulan. Di dalam kapal tersebut terdapat dua ekor gajah yang ditujukkan untuk Raja Prancis, Louis XIV.

Baca Juga :  Enam Makanan Khas pada Tahun Baru Imlek

Raja Siam itu, menurut Heriyanti Ongkodharma Untoro dalam Kapitalisme Pribumi Awal: Kesultanan Banten 1522-1684 Kajian Arkeologi-Ekonomi, menghadiahkan seekor gajah kepada sultan Banten. Hadiah ini bersifat politik dan dapat diartikan sebagai persahabatan antara dua kerajaan yang saling menghormati dengan kedudukan yang setara.

(Ink/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News