SERANG – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Serang menggelar aksi unjuk rasa di Depan Gedung DPRD Provinsi Banten. Aksi dilakukan dengan teatrikal sebagai refleksi Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Banten yang ke-20, Minggu (4/9/2020).
Mahasiswa memulai terpisahnya Banten dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 merupakan satu upaya agar Banten bisa membangun wilayahnya sendiri, mandiri, serta dapat mensejahterakan masyarakatnya secara keseluruhan. Namun hal itu jauh panggang dari api.
Mereka menilai, setelah 20 tahun Banten terpisah, dan menjadi Provinsi, Banten terkesan jauh dari provinsi yang maju dan bisa mensejahterakan masyarakatnya.
Dalam orasinya, Ketua Umum HMI Cabang Serang, Faisal Dudayef Payumi Padma, mengungkapkan angka kemiskinan di Provinsi Banten pada Maret 2020 mencapai 5,92 persen.
“Ini tentu memilukan sebagai provinsi yang berdekat secara geografis dengan ibu kota negara. Banten tidak mampu membaik,” ujarnya.
“Banten juga menduduki peringkat pertama jumlah terbanyak angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan tingkat pengangguran di Tanah Jawara sebesar 8,01, Ini juga menambah rapot merah bagi pemerintah provinsi Banten yang hari ini sudah 20 Tahun,” tambahnya.
Faisal juga mengatakan, dalam penanganan Covid-19 pemerintah Provinsi Bangen terlihat gagap dalam melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota di Banten.
Kemudian, Koordinator Aksi Ari Opanda mengatakan, hari ini Provinsi Banten berusia 20 tahun usia yang seharusnya menjadi penanda dewasanya sebuah provinsi.
“Di usianya yang ideal harusnya banten bisa menjadi patron good government. Namun saat ini tidak dewasa,” ujarnya.
Ia juga menilai, Provinsi Banten menjadi provinsi penyumbang angka pengangguran tertinggi di Indonesia. “Hal Ini prestasi yang buruk, terlebih di era pandemi ini. Tentu banyak aspek yang kemudian menjadi penyebab melambungnya angka pengangguran ini,” ungkapnya.
Muhammad Soleh salah satu pengurus HMI Cabang Serang, menilai dari mulai kurangnya lapangan pekerjaan serta kurangnya perhatian dalam sektor pendidikan berdampak pada output SDM yang kurang memiliki daya saing.
“Tak seperti dulu janji politik WH-Andika mengenai programnya yakni Pendikan Kesehatan dan infrastruktu,” katanya.
(Dhe/Red)