CILEGON – Proyek pengolahan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) di TPSA Bagendung, Kota Cilegon berpotensi mengalami kerugian. Hal itu terlihat dari hasil penjualan yang hampir sama dengan biaya produksi.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon, Sabri Mahyudin usai mendampingi Penjabat Sementara (Pjs) Walikota Cilegon, Nana Supiana yang berkunjung ke TPSA Bagendung, Selasa (5/11/2024).
“Biaya produksi Rp300 ribu sekian per ton, harga jualnya kalau di tempat sekitar Rp340 ribu. Jadi sudah hampir sama antara produksi dengan harga jual,” ucap Sabri.
Lebih lanjut, dikatakan Sabri, potensi kerugian juga terlihat dari jumlah konsumen yang tak kunjung bertambah sejak pertama kali proyek itu dijalankan.
“Bahasanya off-taker ya, yang ngambil itu masih PT Indonesia Power. Mereka membeli BBJP itu berdasarkan kalori yang dihasilkan. Makin tinggi kalori, harganya makin mahal. Kita sudah mensupplai sampai 300 ton untuk beberapa bulan ini,” ujar Sabri.
Meski begitu, Sabri berdalih bahwa menjalankan proyek pengolahan sampah itu tak perlu melihat nilai ekonomis yang dihasilkan. Melainkan lebih fokus pada pengurangan sampah.
“Di mana-mana yang namanya mengelola sampah itu jangan berharap untung. Minimal sama antara biaya produksi dengan biaya jual. Kita mencoba mengurangi sampah, karena mengurangi sampah berarti memperpanjang umur TPA,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga membandingkan bagaimana proyek pengolahan sampah di daerah lain yang selama puluhan tahun tidak mendapat keuntungan.
“Bandung 30 tahun BUMD gak pernah untung, turun statusnya jadi BLUD, tetap nggak untung. Kalau ngelola sampah jangan ada image kita untung. Jangan disamakan dengan BUMD harus untung. Kalau ngelola sampah, sok, cari di Indonesia mana (yang untung). Secanggih-canggihnya Bandung itu tetap rugi,” tutup Sabri.
(STT/Red)