SERANG – Band Sukatani, sebuah grup musik post-punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dengan judul lagunya bayar, bayar, bayar yang mengkritik polisi. Band ini dikenal dengan lirik-liriknya yang kritis dan aksi panggung yang unik.
Band Sukatani dibentuk pada tahun 2022 oleh dua personel, yaitu Muhammad Syifa Al Lutfi dengan nama panggung Alectroguy sebagai gitaris dan Novi Citra Indriyati alias Twister Angel sebagai vokalis.
Nama Sukatani diambil dari sebuah desa di Purbalingga yang terkenal akan kesuburan dan ketentramannya.
Sukatani mengusung genre post-punk dengan sentuhan new wave dan elemen elektronik. Musik mereka terinspirasi dari band anarko-punk era 80-an dan proto-punk, dengan lirik yang menggunakan bahasa Banyumasan. Lagu-lagu mereka sering mengangkat tema sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah.
Sukatani dikenal dengan aksi panggung yang nyentrik dan penuh makna. Dalam setiap penampilannya, kedua anggota band ini selalu menggunakan topeng balaclava sebagai simbol identitas dan misteri.
Mereka juga suka membagikan hasil bumi berupa sayuran kepada penonton sebagai bentuk kepedulian terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.
Sukatani merilis album pertama mereka bertajuk “Gelap Gempita” pada Juli 2023. Album ini terdiri dari delapan lagu, salah satunya adalah “Bayar Bayar Bayar” yang viral di media sosial karena liriknya yang mengkritisi oknum kepolisian. Lagu ini kemudian ditarik dari berbagai platform musik setelah mendapat tekanan dari pihak kepolisian.
Lagu “Bayar Bayar Bayar” memicu kontroversi dan dukungan luas dari masyarakat. Meskipun lagu tersebut ditarik, dukungan terhadap Sukatani terus mengalir, dengan tagar #KamiBersamaSukatani menjadi trending di media sosial. Banyak warganet dan musisi Tanah Air yang memberikan dukungan kepada band ini.
Band Sukatani adalah grup musik post-punk yang berhasil menarik perhatian masyarakat dengan lirik-lirik kritis dan aksi panggung yang unik. Dengan sejarah yang singkat namun penuh makna, Sukatani terus berkembang sebagai simbol perlawanan dalam skena musik indie. Dukungan dari para penggemar menunjukkan bahwa suara mereka tetap didengar dan dihargai.
Tim Redaksi
