Beranda Gaya Hidup Perawatan Kulit yang Harus Anda Ketahui

Perawatan Kulit yang Harus Anda Ketahui

Ilustrasi - foto istimewa doktersehat.com

Masyarakat Indonesia yang tinggal di iklim tropis, masalah penyakit kulit adalah salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Berbagai macam faktor penyebab memang dapat memicu penyakit kulit, mulai dari suhu udara, kebersihan lingkungan dan juga kebersihan diri.

Meski sejumlah faktor dapat dikenali, tahukah Anda bahwa untuk mengatasi masalah kulit dibutuhkan penanganan yang berbeda? Berikut penjelasannya:

1. Tidak semua penyakit kulit diobati dengan salep yang sama

Ada beragam penyakit kulit dengan beragam penyebab. Ada yang disebabkan faktor luar, seperti luka. Luka kulit pun berjenis-jenis. Ada luka lecet, luka serut, luka belah, luka lubang, dan luka patah tulang.

Perawatan luka perlu penanganan khusus. Luka dangkal dapat ditangani sendiri, sementara luka dalam butuh jahitan dan perawatan khusus.

Bagaimana jika luka yang dirawat sering bermasalah? yang pertama-tama perlu dilakukan adalah lakukan perawatan luka secara benar saat awal luka terjadi. Bersihkan luka dari segala jenis kotoran maupun kulit yang terkelupas atau terkoyak.

Jika luka kotor, bersihkan dengan sabun lunak (soda rendah) dan bilas dengan air mengalir. Setelah bersih, bubuhi antisepsis (penyuci hama) dan alkohol sekurang-kurangnya 70 persen (bukan 96 persen) lalu tutup. Jangan terlalu rapat, berikan celah agar udara masih bisa mengalir memapari luka.

Jika luka cukup dalam setelah dibersihkan, luka perlu dibasuh dengan cairan peroksida (bisa dibeli bebas di apotek). Tujuannya untuk menghilangkan kuman tetanus yang sudah telanjur ikut memasuki luka. Cairan berbusa ini membentuk zat asam di dalam luka, suasana yang tidak disukai kuman tetanus.

Sementara luka yang tak memerlukan jahitan, ditutup dengan kasa steril setelah diberikan antisepsis. Jangan melapisi luka dengan kapas, sebab kapas melekat pada luka dan jaringan kulit muda yang akan terbentuk.

Jika luka terbuka lebar, usahakan merapatkannya agar kedua belahan luka menyatu sehingga memudahkan penyembuhan. Setelah dibalut, upayakan agar luka tidak tersentuh air selama beberapa hari. Ganti pembalut luka setiap habis mandi sambil memberikan cairan antisepsis.

Jika luka masih basah dan tampak cairan kuning, kemungkinan luka sudah terinfeksi. Jika sudah demikian, tak cukup dengan antisepsis. Tambahkan salep atau krim antibiotika. Jika tidak, luka akan berubah menjadi borok. Borok selain menambah lama penyembuhan, juga akan menyisakan bekas atau parut pada kulit.

Luka yang dirawat dengan benar, dalam beberapa hari akan mengering, merapat, tidak basah, tidak meradang dan tak nyeri. Sementara luka yang terganggu penyembuhannya akan tetap basah, bengkak, dan nyeri—yang merupakan tanda luka terinfeksi.

Luka yang ditutup secara ketat dan rapat akan mengganggu proses penyembuhan. Luka akan tetap basah dan jaringan tunas kulit tidak terbentuk, sehingga luka akan lama mengering. Sedangkan, luka kecil dan tidak dalam yang terjadi tidak di tempat yang kotor, tidak memerlukan suntikan tetanus.

Baca Juga :  Bantu Pekerjaan Rumah Bisa Ringankan Beban Istri: Langkah Kecil untuk Harmoni Keluarga

Hanya luka dalam yang terjadi di jalan atau tanah kotor yang memerlukan suntikan tetanus. Terdapat dua jenis suntikan, yakni jenis serum dan jenis toksoid. Jika sudah pernah mendapat suntikan tetanus beberapa tahun berselang, cukup diberi serum ATS.

Jika belum pernah disuntik tetanus selain ATS, maka dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan toksoid tetanus untuk membentuk zat anti-tetanus.

Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair dan bernanah. Sebaiknya tidak ditutup, tidak pula diberikan salep atau krim, melainkan dikompres rivanol (bisa dibeli bebas di apotik) selama beberapa hari.

Ganti kompres setiap kali kompres sudah mengering. Salep atau krim antibiotika baru kembali diberikan jika luka sudah kering. Luka basah yang diberi salep atau krim akan sukar sembuh. Begitu juga luka yang sudah kering, tidak perlu dikompres.

2. Jangan atasi luka bakar dengan odol

Sering terjadi, kulit baru setelah luka diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak ubahnya luka umumnya, perlu dirawat secara steril untuk menghindari dari penyakit. Odol dan mentega tidak memberi manfaat, akan tetapi justru memberikan efek buruk. Odol atau mentega tidak mampu mengatasi virus dan bakteri, sehingga penyakit tetap bisa masuk ke dalam luka.

Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi salep livertran (bisa dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup. Luka bakar lepuh bergelembung, jangan dipecahkan. Biarkan pecah sendiri.

Setelah pecah, lindungi dari paparan air sebab kulit di dalam masih kulit muda yang mudah ditembus kuman. Perawatan dengan antisepsis tetap perlu dengan menambah salep livertran. Saat ini ada salep jenis lain yang membantu menumbuhkan jaringan kulit baru.

Sementara itu, luka lepuh bergelembung yang luas butuh perawatan di rumah sakit. Demikian pula luka bakar berat hingga menyebabkan luka kulit terkelupas sampai dalam, juga tak dapat dirawat sendiri di rumah.

3. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka

Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi.

Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada jahitan yang mengelupas dan lepas. Jika ini terjadi, perlu dirapikan ulang. Jika tidak dikoreksi, luka akan menyisakan bekas pada kulit.

Baca Juga :  Begini Cara Atasi Kulit Kering Akibat Sering Mencuci Piring

Jahitan luka memang tidak selalu harus dibuka jika memakai cara klem atau jahitan langsung dengan benang usus. Selama memakai benang sutera, jahitan perlu dibuka. Jika tidak dibuka, benang merupakan benda asing sumber infeksi. Bisa jadi, penyembuhan luka tidak berlangsung sempurna dan benangnya akan menyatu terikat oleh jaringan kulit baru.

4. Jangan mencopoti keropeng luka

Cara mengelupas luka yang sudah kering adalah dengan tidak menggaruknya. Keropeng luka yang sudah mengering biasanya menimbulkan rasa gatal. Biarkan kulit kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah mengelupas sendiri.

Mencopoti keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar dan belum kuat menghadapi ancaman infeksi. Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.

Lepasnya keropeng secara tak sengaja (tersenggol) biasanya akan mengeluarkan darah, di mana hal ini adalah tanda kulit masih rapuh. Dalam keadaan demikian, berikan antibiotika untuk melindungi kulit muda agar tak terinfeksi dan terjadi borok baru.

5. Kulit eksim tidak memakai salep jamur

Banyak ragam penyakit kulit yang kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama. Eksim misalnya. Eksim kerap kali disangka jamur sehingga banyak orang memberikan obat jamur. Pemberian obat yang tidak tepat tak akan membuat penyakit kulit Anda sembuh.

Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Banyak salep kulit dijual, bukan berarti serbaguna buat penyakit atau kelainan kulit apa saja.

Jika tak tepat pilihan obatnya, penyakit kulitnya malah bertambah parah. Penyakit kulit yang sudah parah akan lebih pelik menyembuhkannya.

6. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu

Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar sering kali berkembang menjadi infeksi kulit. Kondisi ini membuat kulit menjadi basah. Gangguan ini sering disebut sebagai eksim basah.

Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya.

Kompres dibasahi berkala setiap beberapa jam setiap kali kompres mengering. Tujuan kompres adalah menyedot getah yang membasahi. Setelah mengering, baru diberi obat eksim.

Eksim sering sudah tercemar infeksi akibat digaruk, atau bisa juga tercemar jamur. Eksim terinfeksi kuman dan jamur tak sembuh hanya dengan obat eksim, namun perlu ditambah antibiotika dan anti-jamur.

7. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh

Sering kali orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga pemakaian obat tidak dibatasi kendati penyakitnya tidak kunjung sembuh.

Baca Juga :  Vans Old Skool, Sepatu yang Jadi Ikon Streetwear

Kudis adalah penyakit kulit yang sering luput terdiagnosis. Gambaran kulit pada kudis tidak begitu tegas. Kelihatan hanya bintik-bintik bentol kecil merah, biasanya di bagian kulit yang tipis dan empuk, seperti di sela jemari tangan, pergelangan tangan, di perut, dan kulit bokong.

Macam-macam kudis tak mungkin sembuh kalau tidak memilih obat khusus kudis (antikudis) yang cara pemakaiannya pun khusus.

Kudis bisa menular pada anggota keluarga. Lewat pegangan, jabatan tangan, singgungan kulit, hubungan kelamin—kutu kudis berpindah dari pengidap ke kulit sehat. Kutu kudis bersarang di lapisan kulit, keluar malam hari dan menimbulkan rasa gatal yang parah.

8. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim

Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tanda yang ringan hanya biduran atau gatal-gatal di beberapa bagian tubuh. Sementara yang berat, bisa mengelupas, lepuh, hingga muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.

Pada dasarnya obat alergi kulit yang umum dikonsumsi yaitu antialergi. Jika berat, butuh suntikan antihistamin. Kulitnya pun akan diberikan obat bedak antigatal.

Sementara jika berat dan mengelupas, baru diberikan antihistamin krim atau lotion. Alergi kulit yang hebat dan berbekas terjadi pada alergi terhadap antibiotika golongan sulfa.

Orang yang berbakat alergi perlu berhati-hati jika diberi obat golongan sulfa. Gejalanya, bibir terasa tebal, gatal, lalu tumbuh eksim menyerupai tompel di sekitar bibir yang biasanya membekas seumur hidup.

9. Hindari infeksi agar tidak menyisakan bekas pada kulit

Sebisa mungkin, jika Anda memiliki luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi. Meski begitu tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.

Agar tidak sampai terjadi bekas luka, rawatlah luka dengan benar sejak awal. Jika luka atau penyakit kulit lain sampai terinfeksi akibat buruknyanya perawatan luka, maka luka yang membekas sukar untuk ditangani.

10. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid

Ada orang yang berbakat keloid, artinya setiap sembuh dari luka, bentol akan terbentuk di sekitar luka seperti daging tumbuh. Secara kosmetis, ini tak sedap dipandang, terlebih jika terjadi di wajah.

Risiko ini bisa dicegah dengan memberikan suntikan khusus selama luka. Termasuk jika hendak dioperasi, dokter perlu diberitahu kalau punya bakat keloid, sehingga pada luka bekas operasi diberikan obat khusus mencegah terbentuknya keloid.

Keloid yang sudah terbentuk bisa disuntik berulang kali untuk mengempiskan benjolannya, namun tidak bisa membuat kulis mulus sempurna. (Red)

Sumber : doktersehat.com

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News