SERANG – Meski kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah berlangsung lebih dari satu tahun, banyak siswa, guru, dan orangtua masih kesulitan untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar dari rumah. Beragam kisah muncul mengenai kejenuhan yang dialami siswa saat harus menghabiskan berjam-jam di depan gawai dan mengerjakan tugas, hingga para guru yang ditantang untuk menghadirkan solusi pembelajaran secara edukatif namun tetap menarik bagi para siswa.
Mengutip lokakarya “Penerapan Blended Learning di Tahun Ajaran Baru” yang diadakan oleh platform pendidikan, Zenius untuk Guru (Zenru) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi ((Dindikbud) Banten, penerapan blended learning (pembelajaran campuran) menjadi hal yang patut dicoba untuk diimplementasikan pada tahun ajaran baru ini.
Blended learning adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model penyampaian materi pelajaran, hingga gaya belajar antara fasilitator dengan siswa. Secara singkat, blended learning merupakan metode gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
Dalam penerapannya, metode blended learning ini menggabungkan beberapa elemen seperti metode tatap muka (sinkronus), pembelajaran mandiri, kolaborasi antara guru dan siswa, asesmen yang dilakukan secara terpadu, dan akses mudah pada materi-materi pelajaran.
Seperti yang disampaikan oleh Chief of Teachers’ Initiatives Zenius, Amanda Witdarmono. Menurutnya, metode pembelajaran campuran menjadi salah satu metode ideal yang dapat kita implementasikan untuk situasi seperti sekarang ini.
“Dalam PJJ seperti sekarang, pembelajaran melalui blended learning melibatkan pembelajaran mandiri yang dapat memancing kemampuan berpikir kritis setiap siswa. Melalui bentuk pembelajaran seperti ini, siswa dituntut untuk melihat, mengobservasi, menganalisa, dan mempertanyakan segala sesuatu,” katanya.
Penerapan blended learning khususnya dalam (PJJ) memiliki beberapa keunggulan, seperti memberikan pilihan kepada siswa untuk dapat mengatur sendiri jadwal belajarnya sesuai kemampuannya dan membebaskan sumber pelajaran yang bisa diambil dari mana saja. Amanda menambahkan, kedua keunggulan ini dapat dimanfaatkan sebagai insentif yang dapat memotivasi keinginan belajar para siswa.
Lokakarya yang dihadiri oleh lebih dari ribuan guru SMA/sederajat dari seluruh Banten ini juga mengungkapkan ada beberapa hal yang tetap perlu diperhatikan dalam pembelajaran campuran seperti misalnya: guru harus kreatif dalam menyediakan bahan ajar dan tambahan tugas yang terlalu banyak sehingga membuat siswa menjadi bosan dan stress.
Sebagai penutup, Dindikbud Provinsi Banten, Tabrani menyambut baik inisiatif Zenius dalam menyelenggarakan lokakarya kepada guru-guru di Provinsi Banten.
“Meskipun dilakukan secara jarak jauh, kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan secara optimal. Kami senang dengan inisiatif Zenius yang telah merangkul para guru dan memberikan lokakarya untuk menambah wawasan dan meningkatkan kapasitas serta kompetensi para guru di Provinsi Banten. Zenius memberikan banyak tips, metode, cara memberikan pemahaman pada guru-guru agar di masa pandemi ini pembelajaran daring dapat dilakukan secara efektif,” katanya.
(Red)