PANDEGLANG – Dari Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang selama tahun 2020 kemarin, sebanyak 2.098 orang menderita penyakit Tuberkulosis (TBC). Jika dibandingkan dengan penyakit lainnya, jumlah tersebut terhitung sangat menghawatirkan.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Pandeglang, Achmad Sulaeman menyampaikan, kemungkinan besar jumlah penderita TBC di Pandeglang dipengaruhi oleh dua faktor yakni pengobatan yang dilakukan penderita tidak lengkap dan kesadaran terhadap bahaya TBC masih kurang sehingga jumlah penderita sangat banyak.
“Mungkin penyuluhanya harus dikuatkan lagi dari mulai Puskesmas sampai ke desa. Bahkan keluarga juga nanti harus tahu bagaimana TBC bisa menyebar dan berbahaya di kita,” jelas pria yang akrab disapa Sule ini, Sabtu (27/3/2021).
Menurut Sule, penyakit TBC merupakan salah satu penyakit paling berbahaya di dunia. Bahkan kata dia, jika dibandingkan dengan virus Covid-19, penyakit ini masih jauh berbahaya.
“Ini (TBC) lebih berbahaya dari Covid-19 loh. Penyebarannya juga dari jarak jauh dan bahkan dari dahak yang ditinggalkan penderita dapat menyebar,” katanya.
Namun dirinya menegaskan bahwa penyakit ini sebenarnya bisa disembuhkan dengan syarat penderita harus sabar dan rutin berobat. Sebab, penyembuhan penyakit ini terhitung lama bisa mencapai waktu 6 bulan, itupun waktu minimal.
“Sebetulnya bisa sembuh total kalau pengobatannya rutin dan disiplin. Tinggal masyarakat sabar, karena pengobatan TBC ini tidak singkat. Minimal 6 bulan, bisa nambah 9 bulan, satu tahun bahkan bisa lebih dari itu kalau pengobatannya tidak disiplin,” tegasnya.
Tim Program Eliminasi TBC dari organisasi konsorsium Penabulu-Stop TB Partnership Indonesia (STPI) Provinsi Banten, Ahmad Subhan juga mencatat ada sekitar 9.427 penderita di tujuh kabupaten/kota di Banten. Kata dia, daerah yang relatif tinggi penderita TBC berada di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kabupaten Serang.
“Untuk investigasi kontak, ada beberapa mekanisme yang akan kami jalani salah satunya lewat skrining. Untuk mencari kasus positif baru. Mengingat ada kemungkinan kasus yang tidak tercatat. Target kami dari 2021-2023 angka TBC di Banten harus turun mengingat Banten urutan kelima di Indonesia,” imbuhnya. (Med/Red)