
SERANG – Setelah menolak sidang sebanyak dua kali, Saenah (38) salah satu otak pembunuhan bocah perempuan usia 4 tahun bernama Aqilatunnisa Prisca Herlan (APH) asal Cilegon akhirnya menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Serang. Ia didakwa melakukan pembunuhan berencana dengan ancaman paling tinggi hukuman mati.
“Perbuatan terdakwa Saenah bersama-sama dengan saksi Ridho alias Rahmi dan saksi Emi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP,” kata Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Cilegon, Rima Eka Hardiyani saat membacakan surat dakwaan, Rabu (19/2/2025).
Di depan majelis hakim Dessy Darmayanti, Rima Eka Hardiyani mengatakan Saenah sakit hati atas perbuatan ibu korban yaitu Amelia Pransica yang tidak pernah memberikan imbalan kepada terdakwa Ridho alias Rahmi yang merupakan kekasihnya. Padahal Ridho kerap membayar paylater belanjaan milik Amelia.
Sedangkan terdakwa Emi merupakan mantan Asisten Rumah Tangga (ART) di rumah Amelia tepatnya Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon. Ketiga terdakwa yang sama-sama memiliki dendam, pada 12 September 2024 kemudian merencanakan untuk melakukan penganiayaan kepada Amelia. Keesokannya terdakwa Emi bertanya kepada Ridho apakah rencana itu akan jadi dilaksanakan atau tidak.
Pada 15 September 2024, rencana kemudian diubah dengan menarget anak Amelia bernama Aqilatunnisa Prisca. Alasan perubahan rencana itu karena Amelia sedang hamil besar dan sulit menyembunyikan mayatnya nanti.
Dua hari kemudian, mereka membawa Aqila ke suatu gudang di Kelurahan Ciwedus. Di sana ketiga terdakwa menyiksa Aqila hingga meninggal dunia. Aqila katanya sempat melakukan perlawanan meski tenaganya tidak lebih kuat.
“Sekira pukul 14.45 WIB, Saenah menginformasikan kepada terdakwa bahwasanya Aqilatunnisa Prisca telah meninggal dunia,” ujar Rima.
Jenazah Aqila kemudian dilakban dan dibungkus menggunakan sprei kasur lalu dimasukan ke dalam boks kontainer. Jenazah asalnya akan dikuburkan di daerah Kasemen, Kota Serang, tapi urung dilakukan.
Keesokannya ketiga terdakwa menghubungi terdakwa Yayan untuk mencari tempat untuk menguburkan Aqila tapi Yayan khawatir ada yang mengetahui. Saenah lalu menyarankan agar jenazah itu dibakar tapi langsung ditolak oleh Yayan.
Akhirnya mereka sepakat untuk membuang jenazah di jurang atau kali. Yayan lalu menjemput Ujang. Jenazah Aqila kemudian dibawa menggunakan tas ransel besar dan dibuang ke Sungai Cihara, Kabupaten Lebak pada 19 September 2024 sekitar pukul 03.00 WIB dini hari.
“Sekira pukul 06.00 WIB mayat Aqilatunnisa Prisca ditemukan oleh saksi Irhadi Danu di Pantai Muara Cihara,” tutur Rima.
Penemuan mayat itu kemudian viral di sosial media setelah ada yang menguploadnya di media sosial facebook.
Selain Pasal 340, Saenah juga didakwa melanggar Pasal 338, dan atau Pasal 80 ayat 3 jo Pasal 76 C serta Pasal 83 jo Pasal 76 F Undang-Undang Perlindungan Anak.
Diketahui, terdakwa lainnya yaitu Emi, Ridho, Ujang, dan Yayan telah lebih dulu menjalani sidang pada minggu lalu. Untuk Ujang dan Yayan tidak dilakukan penahanan karena keduanya dijerat Pasal 233, dan atau 221 ayat 1, dan atau 181 KUHP dengan ancaman di bawah 5 tahun. Tapi keduanya tetap diadili dan wajib hadir ke persidangan.
Penulis: Audindra Kusuma
Editor: Usman Temposo