Beranda Kesehatan Pekerja Sering Duduk Lama Berisiko Terkena Sarkopenia, Apa Itu?

Pekerja Sering Duduk Lama Berisiko Terkena Sarkopenia, Apa Itu?

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times
Follow WhatsApp Channel BantenNews.co.id untuk Berita Terkini

SERANG – Sarkopenia adalah kondisi kesehatan di mana menurunnya kualitas dan kemampuan fungsi otot pada seseorang. Serupa dengan osteoporosis, kondisi ini seringkali terjadi pada mereka yang sudah lanjut usia.

Meski demikian, bukan berarti sarkopenia tidak bisa terjadi pada anak muda. Nyatanya, anak mudah juga tetap berisiko alami sarkopenia lebih awal.

Ketua PP Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD-Kger, MPH, mengatakan, generasi mudah juga berisiko alami sarkopenia. Apalagi, saat ini generasi muda banyak yang bekerja di kantoran dan hanya duduk dalam jangka waktu lama.

Berdasarkan pernyataan dr. Nina, meski usia menjadi salah satu faktor sarkopenia, jika gaya hidup orang tersebut sejak muda tidak aktif, maka tetap berisiko alami penyakit ini. Oleh sebab itu, aktivitas fisik sangat penting untuk mengimbangi pekerjaan yang hanya berfokus untuk duduk.

“Jadi tadi disebut salah satu faktor risikonya usia, tapi selain usia ada lagi yaitu gaya hidup tidak aktif. Jadi kalau kita kerjanya banyak diam dan duduk itu berisiko. Makannya harus sering banyak jalan, aktif, itu diimbangi,” ucap dr. Nina melansir suara.com (jaringan BantenNews.co.id), Minggu (2/7/2023).

Demi mencegah sarkopenia, dr. Nina menyarankan agar para pekerja muda untuk tidak duduk selama 8 jam penuh. Selain itu penting juga untuk mengontrol makanan yang bergizi dan baik untuk otot.

Jika ada penyakit yang meningkatkan risiko sarkopenia juga diharap untuk tidak diabaikan. Pasalnya, penyakit ini jika dibiarkan malah membuat risiko sarkopenia semakin besar.

“Pastikan dalam 1 hari itu, kamu enggak sampai 8 jam duduknya. Jadi artinya bisa saja lebih muda sarkopenia, ketika risiko lainnya tadi sedentary (kebiasaan diam), makannya atau sumber proteinnya yang kurang berkualitas, dan juga penyakit yang tidak dikontrol,” jelasnya.

Baca Juga :  Dokter Beberkan Dampak Polusi Udara, Bisa Sebabkan Kanker?

Hal yang juga ditekankan yaitu, saat ada waktu istirahat, diharapkan untuk bergerak. Pasalnya, justru banyak generasi muda yang malah memilih bermain game, ponsel, atau menonton televisi. Padahal itu tidak memberikan aktivitas fisik juga.

“Jadi sebetulnya segala macam dipikir aktif aja gitu. Jadi sejak muda bisa terjadi karena faktor risiko lainnya besar. Umur memang masih muda, tapi sedentary-nya ketika ada waktu santai malah liat game, liat TV gitu. jadi harus diimbangi banyak gerak ya,” ujar dr. Nina.

Sementara itu, untuk massa otot sendiri nantinya akan berada pada puncak sekitar usia 20-30 tahun. Namun, setelah 30 tahun, akan mulai berkurang kemampuannya secara bertahan. Bahkan, pada 40 tahun bisa mencapai 8 persen penurunannya per dekade.

Oleh sebab itu, sebelum memasuki 40 tahun, disarankan mulai melakukan latihan resistensi. Hal ini akan membuat diri terbiasa sejak dini untuk melakukan latihan di usia lanjut.

“Artinya, sebelum 40 sudah mulai latihan resistensi tadi, sedini mungkin kita sudah harus latihan. Supaya saat memasuki usia lanjut sudah terbiasa. Jadi gaya hidup aktif harus sejak dini,” kata dr. Nina.

Melihat pentingnya masalah satu ini, PERGEMI membuat acara untuk memperingati Hari Sarkopenia Sedunia 2023. Acara bertema “Menjaga Kesehatan Otot Pada Usia Muda dan Lansia” ini mengajak masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari pemeriksaan kesehatan, konsultasi kesehatan, tes kepadatan tulang, senam bersama, dan lain-lain.

Sementara dr. Nina berharap, adanya acara ini bisa membuat masyarakat sadar dan memperhatikan kesehatan tulang serta penerapan gaya hidup sehat.

“Harapannya menjadi momentum bersama agar kita lebih memperhatikan kesehatan otot dengan dimulai dari penerapan gaya hidup sehat sejak usia dini,” pungkas dr. Nina.

Baca Juga :  Manfaat Pound Fit, Olahraga Tren Masa Kini

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News