SERANG– Redaktur Sastra Harian Kompas, Hilmi Faiq membedah dua buku karya dua penulis Banten, Toto St Radik dan Ade Ubaidil. Bedah buku itu digelar dalam panggung sastra dengan tajuk ‘Lelaki ~tidak~ yang Bercerita’.
Acara digelar di Rumah Dunia, Kecamatan Serang, Kota Serang, Minggu (14/4/2025) kemarin. Buku yang dibedah Hilmi yaitu ‘Satu Kisah Dua Pencerita’ karya Toto St Radik dan ‘Perangkap Pikiran Beni Kahar’ karya Ade Ubaidil.
Dua buku tersebut merupakan antologi cerpen. Buku ‘Satu Kisah Dua Pencerita’ merupakan buku Toto yang diterbitkan ulang kembali, setelah terbitan pertama dirilis pada 2013 silam dengan judul ‘Sokrates atawa Telunjuk Miring di Kening’.
Sedangkan buku ‘Perangkap Beni Kahar’ merupakan kumpulan cerpen karya Ade yang sebelumnya sudah terbit di beberapa media seperti Tempo.co, ngewiyak.com, dan beritabaru.co, khusus untuk cerpen ‘Perangkap Beni Kahar’ kini sedang dalam proses produksi adaptasi film pendek.
Hilmi tidak membedah keseluruhan cerpen dalam dua buku itu, dia hanya memilih beberapa cerpen dan mengatakan kalau ia sudah membaca kedua buku tersebut dengan sekali duduk alias membaca dalam waktu singkat karena kedua buku enak dibaca.
Dalam buku Toto, Hilmi menyoroti satu cerpen berjudul ‘Diselesaikan oleh Khidir’ yang premis ceritanya disebut mirip film ‘Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak’. Kemiripannya terletak dari isu yang diangkat yaitu kekerasan terhadap perempuan.
Sedangkan buku Ade, menurut Hilmi ada kemiripan dengan film ‘A Beautiful Mind’ dan ‘Rain Man’ yang membahas soal gangguan kesehatan mental.
“Tidak ada cerita baru di kolong langit, hanya cara penceritaannya yang berbeda,” kata Hilmi.
Toto St Radik mengatakan buku yang sebetulnya pertama kali ia tulis pada 2013 silam itu merupakan bentuk keresahannya yang ternyata terulang di tahun ini. Keresahan itu dia jelaskan dengan menyebut fiksi dan realita hari ini telah tercampur.
“Semua yang ada di cerpen adalah yang nyata terjadi hari ini, di saat ada cerita soal Petruk jadi Presiden yang digambarkan sebagai orang bodoh, hari ini terjadi,” kata Toto.
Dalam cerpen, Toto mengatakan bisa berterus terang mengenai setiap hal yang membuatnya resah. Pemaknaan realita dan fiksi yang tercampur itu ia ungkapkan terang-terangan dalam bukunya.
“Antara fiksi dan realitas hari ini sangat bercampur baur kita sulit membedakan mana yang fiksi mana yang realita,” imbuhnya.
Penulis lainnya, Ade Ubaidil menuturkan kalau cerpennya memang terinspirasi dari film ‘Fight Club’. Dia sangat terpuka setelah menonton film tersebut yang disebutnya memiliki cerita yang keren.
“Cerpen ini terinpirasi dari film Fight Club, saya mikir ko bisa ya penonton dikunci bahwa karakternya itu satu orang,” tuturnya.
Karakter Beni Kahar dalam cerpennya juga dibuat dengan premis yang sama yaitu orang dengan kepribadian ganda. Film Beni Kahar juga masih dalam proses produksi dan disponsori oleh Honda Banten.
“Tunggu aja filmnya ya mudah mudahan jadi,” kata Ade.
Penulis: Audindra Kusuma
Editor: TB Ahmad Fauzi