TANGSEL – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mengeluh tentang minimnya tenaga kesehatan (nakes) untuk menangani pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Hal itu diungkapkan Walikota Tangsel Benyamin Davnie. Kata dia, permasalahan utama yang tengah dipikirkannya saat ini adalah soal tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan baik yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non PNS itu, kata Ben, ada 548 orang yang tersebar di RSU dan puskesmas, atau yang dikelola oleh Dinas Kesehatan (Dinkes).
“Tapi dari 548 itu, 180 orang sekarang terpapar covid, baik gejala ringan dan gejala sedang artinya mereka isolasi tidak bisa bertugas, nah ini jelas kekurangan tenaga kesehatan,” ungkap Ben di Rumah Dinas Walikota Tangsel, Jumat (16/7/2021).
Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Kota akan meluncurkan program Tangsel Memanggil. Dan nantinya akan kembangkan program Telemedicine.
“Contohnya kamu punya abang ipar dokter tinggal di Jelupang, tinggal di RT mana nanti yang bersangkutan minta nomor kontaknya, kita kasih nomer kontak kita, nah nanti dia harus bisa memantau OTG dan gejala ringan di rumahnya, artinya kewilayahan,” ujarnya.
“Seperti adik saya. Adik saya di Villa Melati menjadi telemedicine bagi beberapa orang di wilayah rumahnya, jadi program ini namanya Tangsel memanggil, sedang di kembangkan terutama dokter meliputi Dokter umum, dokter spesialis, bidan, perawat dan seterusnya, tenaganya dari masyarakat siapa saja yang menjadi relawan, kita panggil relawan,” sambungnya.
Nanti, lanjut Ben, ada perbedaan untuk tenaga medis yang sudah lulus dan punya Surat Tanda Registrasi (STR) yang sudah boleh nyuntik dan anak-anak fakultas kedokteran yang saat ini membantu kita namun belum lulus.
“Anak-anak kedokteran ini nanti bisa membantu dalam perawatan yang lainnya, tenaganya nanti bisa gunakan di rumah sakit,” pungkasnya. (Ihy/Red)