TANGSEL – Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pemerintahan dalam negeri memfokuskan pada masalah pertahanan.
Di Tangerang, markas pasukan Tentara Republik Indonesia (TRI) menjadi yang terbesar, karena setelah merdeka para tentara yang berperang di Jakarta di terik ke Tangerang untuk mengamankan wilayah tersebut.
Sementara itu, di Tangerang sendiri terdapat markas pasukan Jepang yang cukup besar dan persenjataan yang lengkap di Lengkong yang sekarang berada di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. Pasukan Jepang tersebut dikomandoi oleh Kapten Abe.
Pada hari Jumat petang tanggal 25 Januari 1946, 34 anggota TRI dari taruna akademi militer Tangerang dan di kepala oleh 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Letnan 1 Soebijanto Djojohadkoesoemo, dan Letnan 1 Soetopo, berangkat ke Lengkong hendak merundingkan penyerahan senjata dari pasukan Jepang, lantaran Jepang sudah kalah perang oleh pasukan sekutu.
Namun setibanya di Lengkong, saat Mayor Daan Mogot sedang membahas perundingan dengan Jepang, tiba-tiba saja terdengar suara senapan dari arah yang tak diketahui. Sontak saja pasukan jepang mengambil kembali senjata yang telah diserahkannya itu dan menembaki tentara Indonesia.
Lantaran kalah jumlah, 33 TRI terbunuh termasuk ketiga perwira. Sedangkan 1 prajurit mengalami luka parah sehingga dilarikan ke rumah sakit, namun sayangnya prajurit itu pun tak tertolong.
Kondisi Monumen Palagan Lengkong Tak Terurus
Sementara pantauan awak media di lapangan pada (17/8/2019), monumen bersejarah itu seperti tak terurus. Bangunan dahulu untuk kediaman para TRI sekarang sudah rapuh. Banyak kayu-kayu bangunan yang habis dimakan rayap.
Di sisi monumennya pun banyak huruf-huruf yang lepas dan lampu penerangan yang rusak.
Sementara saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan tidak menjawab awak media. (Ihy/Red)