Oleh: Tabah Heri Setiawan, Dosen Matematika Universitas Pamulang – Pemerhati Pendidikan
Dalam mempersiapkan pembelajaran semester genap tahun akademik 2020/2021 yang akan mulai dilaksanakan pada awal januari 2021, banyak sudah sekolah yang siap menerapkan pembelajaran tatap muka sesuai protokol kesehatan bahkan beberapa sekolah telah melakukan simulasi proses pembelajaran untuk memastikan proses pembelajaran tatap muka dapat berjalan sesuai dengan arahan dari kemndikbud, kemenkes, maupun Satgas Covid-19.
Hal ini dilatarbelakangi proses pembelajaran yang telah dilaksakan sepanjang tahun 2020 sejak pandemi Covid-19 mulai merebak dimana proses pembelajaran harus dilaksakan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau pembelajaran daring menimbulkan berbagai efek negatif baik untuk siswa, guru dan orang tua tentunya.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim dalam press conference secara daring pada 20 November 2020 bahwa untuk mengurangi dampak buruk dari proses pembelajaran daring yang berkepanjangan maka sekolah diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka meskipun sifatnya tidak wajib dan telah diizinkan oleh pemerintah daerah setempat, komite sekolah serta orang tua.
Namun apa boleh dikata kabar gembira tersebut urung dilaksanakan karena hampir seluruh pemerintah daerah tidak memberikan izin pelaksanaan tatap muka di sekolah dengan pertimbangan fakta dilapangan penyebaran virus corona makin masif dengan jumlah kasus positif meningkat setiap harinya (pertanggal 9 Januari 2021 kasus baru positif berjumlah 10.046).
Perlu kesadaran bersama meskipun sudah menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak) belum menjadi jaminan terhindar dari penularan virus corona. Terlebih di sekolah dengan kondisi berkumpul lebih dari 5 jam, resiko penularan menjadi sangat tinggi.
Dengan kondisi seperti ini maka pembelajaran daring tak terelakan lagi. Sehingga sekolah, guru, dan orang tua harus siap dengan pembelajaran daring kembali pada tahun 2021. Belajar dari pengalaman pembelajaran daring pada tahun 2020 maka perlu ada progres yang harus lebih baik lagi dalam menyiapkan proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan memadukan pembelajaran daring sinkronus dan asinkronus.
Pembelajaran daring sinkronus merupakan komunikasi langsung dalam waktu yang bersamaan antara guru dan siswa melalui media daring (online). Metode ini mirip dengan belajar seperti layaknya belajar di sekolah hanya saja ruangnya bersifat maya/virtual. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam metode ini seperti konferensi video (video conference), panggilan video (video call), dan obrolan langsung (chatting).
Saat ini sudah banyak tersedia alat atau aplikasi untuk dapat menjalankan pembelajaran sinkronus misalnya aplikasi Zoom, Google Meet, Cisco Webex, WhatsApp, Telegram, dan aplikasi lainnya. Kelebihan metode sinkronus adalah sifatnya yang interaktif serta mampu memberikan motivasi kepada siswa. Meskipun demikian kendala teknis masih menjadi PR besar dalam menjalankan metode ini salah satunya adalah tidak semua siswa dan orang tua memiliki perangkat yang mendukung beberapa aplikasi yang tersebutkan di atas seperti Gawai (HP) atau Laptop. Begitu pula dengan koneksi internet yang menjadi syarat akses, karena masih banyak daerah yang belum memiliki akses internet yang stabil dan lancar ditambah dengan kuota internet yang minim untuk kebanyakan siswa dan orang tua.
Bila sinkronus terlaksana secara langsung maka pembelajaran daring asinkronus sebaliknya yakni komunikasi yang terjalin tidak secara langsung dan tidak interaktif. Proses pembelajaran terjadi dengan rentang waktu yang cukup panjang melalui serangkaian tugas. Prinsip kerja dari asinkronus ini adalah sekolah menyediakan konten secara online dan siswa dapat dapat mengakses konten itu kapanpun dan dimanapun. Teknik yang dapat dilakukan pada pembelajaran daring asinkronus seperti video pembelajaran, modul belajar mandiri, tugas, dan forum diskusi yang umumnya diletakan pada sebuah Learning Management System (LMS) seperti Moodle, Schoology, Edmodo, Google Classroom dan semisalnya.
Meski ideal dari sisi metodologi karena terstruktur akan tetapi pembelajaran asinkronus masih memiliki kekurangan diantaranya adalah kurang kolaboratif dan elaboratif karena menonjolkan sisi personal, kurang memotivasi dan guru tidak dapat langsung menerima unpam balik dari proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Selain itu dalam asinkronus dibutuhkan kecakapan guru dalam membuat video pembelajaran yang menarik dan sesuai karakter anak-anak didiknya dan juga menyusun modul yang membutuhkan waktu cukup intens, hal ini menjadi kelndala tersendiri dari kebanyakan guru.
Dengan mengombinasikan kedua metode di atas, diyakini proses pembelajaran daring akan lebih baik pada tahun ini. Perlu ada kerja sama yang apik antara dinas pendidikan, sekolah, guru dan orang tua dalam mewujudkan pembelajaran daring yang berkualitas. Pemerintah daerah melalui dinas pendidikan harus membuat kebijakan yang menyeluruh dan terintegrasi untuk menunjang jalannya proses pembelajaran daring, sekolah sudah seyogyanya menyediakan perangkat pembelajaran seperti LMS dan membuat terobosan pembelajaran, guru dituntut kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran, serta orang tua berperan menjadi pendamping bagi putra-putrinya saat belajar dari rumah. Dengan kolaborasi kita bisa mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan selama pandemi.
(***)