Beranda Opini Membangun Kesadaran Individu untuk Menyelesaikan Permasalahan Bersama

Membangun Kesadaran Individu untuk Menyelesaikan Permasalahan Bersama

Sugiyarto.S.E,M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Oleh : Sugiyarto, SE.MM, Dosen Fakultas  Ekonomi dan Bisnis  Universtias Pamulang

 

Roda  perekenonomian  semakin terpuruk ketika  PPKM   mulai  diterapkan kembali  sebagai dampak peningkatan kasus Covid-19  varian delta dengan tingkat  penyebaran lebih cepat. Pemerintah  secara konsisten menerapkan kebijakan  seiring dengan penyebaran  tersebut..

Tidak  mudah membangun  kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap diri sendiri. Semakin   banyak masyarakat  tidak peduli  dengan  himbauan pemerintah, maka probilitas terpaparnya masyarakat oleh covid-19  varian baru sangat besar. Memang pembatasan pergerakan dan kegiatan masyarakat ini salah satu cara pencegahan  yang bisa dilakukan oleh kita semua.

Walaupun  PPKM  ini  belum tentu dipahami dengan baik oleh masyarakat dan pelaku usaha. Hal ini terbukti   ada  beberapa  pimpinan  perusahaan di Jakarta yang  ditetapkan sebagai tersangka karena  terbukti melanggar  PPKM .Selama PPKM   semua  perusahaan  yang tidak termasuk sector essential/ sangat penting  harus bekerja  dari  rumah. Sementara  beberapa perusahaan tersebut meminta  karyawan untuk tetap bekerja  di kantor.

Walaupun  PPKM   banyak  dibenci  masyarakat, negara  ini sebagai regulator  harus  hadir  dan mengatur,  agar pandemi bisa terkendali.  Bagi mereka  yang pernah terpapar covid -19 pasti merasakan  betul bagaimana  mahalnya kesehatan. Membangun kesadaran pentingnya menjaga kesehatan individu dan lingkungan menjadi tugas kita semua, baik dalam  kondisi pandemi ataupun  situasi normal.

Kebijakan seperti  PPKM  tentu memiliki  dampak   negative dan  ada sisi  positifnya.   Kita perlu memahami bahwa individu yang ada negara ini memiliki  tingkatan sosial  dan  pendidikan   yang  berbeda, sementara  virus  covid-19  menyebar tidak melihat status sosial dan level pendidikan seseorang .  Pemahaman kita masih perlu untuk diperbaiki  dalam  menyikapi suatu  permasalahan  dan  mencari solusi.  Banyak narasi  yang tumbuh  ditengah  masyarakat  bahwa  seolah-olah pemerintah tidak memihak   kepada rakyat  kecil.

Seandainya semua masyarakat mengetahui  bagaimana  tenaga kesehatan  bekerja  di rumah sakit menolong masyarakat  yang terpapar  covid-19, bahkan diantara tenaga kesehatan  ada  yang meninggal.  Siapa  peduli ?

Pemerintah melalui  kementrian kesehatan  memberikan bantuan isentif  kepada tenaga kesehatan  sebagai bentuk penghargaan dan motivasi bagi nakes agar mereka  tetap semangat dalam menolong  dan membantu masyarakat  yang terpapar covid-19 untuk  sembuh.

Saat ini pemerintah sudah menurunkan level PPKM, bagi  UMKM  seperti warung bisa kembali membuka usahanya    dengan jam operasional dan jumlah pengunjung  yang  masih  dibatasi.  Seperti warung tegal  di perbolehkan makan di tempat dengan batas  waktu  maksimum dua puluh menit yang di mulai  ketika pengunjung mulai  menyantap  hidangan   yang disajikan. Ini  sebagai bukti bahwa   pemerintah  mendengar  keluhan masyarakat.

Diharapkan  dengan adanya kelonggaran   serta gencarnya pemerintah melakukan  vaksinasi kepada  masyarakat  akan segera  terbentuk  kekebalan secara  menyeluruh, sehingga  masyarakat  bisa  melakukan  kegiatan dengan aman.

Kesadaran kita  untuk selalu menggunakan masker dan menghindari kerumunan sangat penting, jika kita harus keluar rumah  hendaknya selalu  waspada, bagi mereka   yang memiliki  Riwayat penyakit  penyerta, sebaiknya tetap  di rumah. Semua harus percaya  bahwa pemerintah berusaha dengan serius  untuk mengatasi permasalahan  walaupun dengan  kondisi APBN  yang terbatas. Bagi negara  maju   yang memiliki  kemampuan keuangan  lebih baik serta  fasilitas layanan kesehatan  yang baik serta  sumberdaya yang dimiliki melimpah , tentu  berbeda cara pendekatan  yang  digunakan  dalam menyelesaikan permasalah yang sama.

Saat ini  bukan waktu  yang tepat untuk saling menyalahkan dan merasa diri  paling benar. Untuk  menjadi  negara   yang tidak   tergantung kepada  negara  lain,  memang  tidak mudah, walaupun negara  kita memiliki   sumberdaya  alam yang melimpah.

Dibutuhkan dispilin  yang  tinggi  untuk menjadi individu  yang kompetitive, riset  harus mengacu pada skala produksi  dan pengembangan nilai  produk.  Kita  harus   berani  mencontoh negara   maju, bagaimana mereka  melakukan  proses untuk  menciptakan teknologi dan produk. Kita  harus berani menerapkan  ilmu ATM ( ambil, tiru dan  modifikasi). Kita harus menjadi negara yang memiliki kemampuan menciptakan produk  dalam skala industry  agar  perputaran  ekonomi   dan industry dalam negeri  mampu mendorong pertumbuhan ekonomi  nasional.

Memang tidak  mudah  untuk menjadi  seorang pemimpin di negara   besar    dengan jumlah partai yang sangat  banyak  dengan paham   dan keyakinan   yang bervariasi  dalam membangun  bangsa. Dibutuhkan jiwa yang besar   untuk menghilangkan egosentris dan kepentingan demi kemajuan bangsa.  Kita  tidak bisa hanya  memikirkan kepentingan kelompok. Menjadi  pemimpin  bangsa , memiliki tugas mengurus  semua kelompok yang ada  di negara kesatuan republik Indonesia. Rakyat memiliki   hak yang sama untuk mendapatkan kehidupan  yang layak di negara  di mana mereka dilahirkan.

Bagi  para pemimpin  yang masih  memikirkan kepentingan pribadi, sebaiknya mulai menyadari bahwa  apa  yang kalian  miliki  saat ini  tidak  akan membuat  kebahagian  sesungguhnya buat  diri sendiri. Karena  apa  yang dibawa  manusia  di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa  adalah  kebaikan   yang  sudah  dilakukan  untuk  orang lain.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News