Beranda Bisnis Melihat Potret Perajin Emping di Waringinkurung Serang di Tengah Pandemi

Melihat Potret Perajin Emping di Waringinkurung Serang di Tengah Pandemi

Gerbang Masuk Sentra IKM Emping Desa Sambilawang, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang. (Foto:Nindia/Bantennews.co.id)

KAB. SERANG – Camilan yang memiliki rasa sedikit pahit dan terbuat dari biji melinjo ini sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Emping, nama camilan yang tidak asing lagi dan tidak hanya menjadi camilan melainkan seperti kerupuk yang bisa menjadi pelengkap makanan. Di pasaran, emping diolah menjadi berbagai macam rasa yaitu asin, pedas, dan manis.

Emping dibuat secara tradisional dan diproduksi dalam industri rumahan. Di Desa Sambilawang, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang terdapat sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) emping.

Saat berkunjung ke Desa Sambilawang pada Jumat (5/2/2021) yang terletak dekat dengan Pasar Waringinkurung, terlihat beberapa emping yang sedang dikeringkan dengan dijemur di teras-teras rumah penduduk.

Pukiyah (26) salah satu perajin emping di Desa Sambilawang menuturkan bahwa usaha emping tersebut sudah berdiri sejak lama dan menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan dari orangtua di desa tersebut.

“Usaha emping ini sudah berdiri sejak lama sudah puluhan tahun. Dari semenjak generasi nenek saya terus lanjut ke ibu saya dan sekarang ke saya lalu ke anak-anak saya. Warga di sini mayoritas usaha emping selain bekerja yang lain,” ujarnya.

Emping yang Pukiyah produksi adalah emping besar dan emping kecil. Emping besar biasanya diolah menjadi emping asin dan berbentuk pipih, sementara emping kecil tebal dan diolah ke berbagai rasa.

Pukiyah bisa menyetor maksimal 8 kilogram per minggu ke penjual emping di Pasar Waringinkurung dan Pasar Pagebangan Cilegon. Emping tersebut ia jual ke penjual emping di pasar dengan harga sekitar Rp35.000 per kilogram namun harga ini dapat berubah tergantung permintaan.

Bahan baku biji melinjo Pukiyah dapatkan dari penjual biji melinjo sekitar Desa Sambilawang, ia terkadang juga mengambil langsung ke hutan sekitar desa. Pukiyah biasanya membeli bahan baku biji melinjo 15 kilogram dengan harga sekitar Rp14.000 per kilogram.

Pukiyah mengatakan bahwa dengan kondisi pandemi ini berdampak pada produktivitasnya.

“Akibat pandemi ini, yang biasanya juga menyetorkan ke Jakarta tapi jadi tertunda enggak bisa dikirim. Mau COD pun takut,” katanya.

Profesi sebagai perajin emping bukanlah profesi yang jarang di Desa Sambilawang. Mayoritas penduduk Desa Sambilawang menjadikan profesi perajin emping sebagai mata pencaharian.
(Tra/Nin/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News