PANDEGLANG – Sekitar 70 mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pandeglang bergerak ke Jakarta untuk menolak aksi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Puluhan mahasiswa tersebut berangkat ke Jakarta menggunakan bus dari Terminal Kadubanen, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Rencananya, mahasiswa tersebut akan bergabung dengan para mahasiswa lain dari seluruh daerah yang ada di Indonesia untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran menolak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM.
Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Kabupaten, Hendri mengatakan, keberangkatan para mahasiswa ini menindaklanjuti surat instruksi yang diberikan oleh Pengurus Besar PMII. Dalam surat tersebut, setiap pengurus cabang diminta untuk mengirimkan perwakilannya ke Jakarta dan bergabung dalam aksi unjuk rasa.
“Kami akan melakukan aksi unjuk rasa di Jakarta dengan adanya surat instruksi pengurus besar PMII, kami cabang PMII Pandeglang menolak dengan kenaikan BBM, yang berangkat hari ini jumlahnya 70 orang,” kata Hendri sebelum berangkat ke Jakarta di Terminal Kadubanen Pandeglang, Senin (5/9/2022).
Dalam melakukan aksi unjuk rasa tersebut di Jakarta para mahasiswa menyampaikan beberapa tuntutan ke pemerintah pusat dengan rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.
“Untuk agenda disana kita langsung melakukan aksi, kita disana sekitar satu hari. Untuk tuntutannya yang menolak kenaikan BBM, kemudian membongkar mafia-mafia yang ada di Pertamina dan pengontrolan bensin subsidi atau pemberian bensin subsidi secara berkala,” tegasnya.
Sebelum berangkat ke Jakarta, para mahasiswa ini terlebih dahulu bergabung dengan pengurus cabang lain yang ada di Provinsi Banten. Setelah itu, mereka akan berangkat bersama-sama rombongan bus lain dan bertemu di titik kumpul yang sudah ditentukan.
Seperti yang diketahui, awalnya pemerintah pusat berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada 1 September 2022 kemarin, namun rencana tersebut ditunda dan baru direalisasikan pada Sabtu (3/9/2022). Keputusan tersebut ditolak oleh berbagai elemen masyarakat salah satunya dari para mahasiswa. (Med/Red)