Beranda Komunitas Kubah Budaya Terbitkan Antologi Puisi Baru

Kubah Budaya Terbitkan Antologi Puisi Baru

Kubah Budaya saat peluncuran sekaligus beda buku yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten

SERANG – Komunitas sastra di Kota Serang, Kubah Budaya baru saja menerbitkan antologi puisi yang berjudul “Aksara-Aksara Lugu”. Antologi tersebut ditulis oleh 16 anggota Kubah Budaya, dengan masing-masing penulis paling sedikit menyumbang 3 puisi.

Peluncuran antologi tersebut digelar di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten pada Jumat (4/10/2024). Selain peluncuran, antologi puisi itu juga dibedah dan dibaca oleh para penulis. Acara tersebut termasuk dalam rangkaian acara “Library: Level Up Your Life” yang diinisiasi oleh DPK Provinsi Banten dengan pembicara dari ketua dan anggita Kubah Budaya.

Ketua Kubah Budaya, Yudi Damanhuri mengatakan salah satu tujuan pembuatan antologi puisi tersebut merupakan refleksi mengenai perkembangan zaman yang sangat cepat. Puisi mulai terlupakan karena orang-orang lebih menggandrungi sosial media.

Puisi dinilai Yudi akan selalu relevan dan melampaui zaman. Kepada audiens, ia mengatakan cara menikmati puisi bisa dinikmati lewat apa saja termasuk musikalisasi puisi. Ia mengibaratkan puisi seperti kenduri atau perjamuan.

“Puisi sampai hari ini betul relevan melampaui zaman, jadi temen-temen kalau mau bikin puisi terus di-lagukan ya sah-sah saja,” kata Yudi.

Anggota Kubah Budaya, Wahyu Arya menceritakan bagaimana antologi puisi tersebut bisa lahir. Semuanya bermula dari suatu mimpi yang isinya ia disuruh menulis puisi tapi tidak bisa. Dari sana ia berinisiatif mengajak kawan-kawannya di Kubah Budaya untuk kembali menulis puisi dan membuat antologi. Sebab, baik dirinya maupun anggota Kubah Budaya yang lain memang sudah lama tidak menulis puisi di tengah kesibukan masing-masing.

“Sejauh apapun kita jauh dari puisi, kalau orangnya tertaut hatinya dengan puisi maka dia akan gelisah dan aktif lagi nah di antologi puisi ini kawan-kawan membuktikan itu,” kata Wahyu.

Ia juga menceritakan kalau judul “Aksara-Aksara Lugu” dipilih setelah berbincang dengan salah satu penulis di antologi tersebut, bernama Sulaiman Djaya. Penyair ditafsirkan oleh keduanya sebagai seseorang yang kerap melihat dunia secara lugu.

“Bahasa di mata seorang penyair adalah bukan produk jadi, di penyair bahasa itu beda seperti yang digunakan wartawan dan politisi yang didengungkan di ruang publik. Jadi penyair adalah orang yang selalu antusias dan orang yang berusaha lugu terhadap dunia sehingga dia berusaha untuk menyerap dunia itu dengan bahasa yang begitu orisinil,” Tutur Wahyu.

(Dra/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News