Beranda Opini Kualitas Nikel Indonesia Menarik Investor Mobil Listrik Dunia

Kualitas Nikel Indonesia Menarik Investor Mobil Listrik Dunia

Ilustrasi - foto istimewa kompas.com

Oleh: Sugiyarto.S.E, M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Indonesia pernah merasakan sebagai salah satu negara penghasil minyak dan pernah menjadi negara exportir minyak di dunia. Sekarang negara kita menjadi salah satu negara importir minyak dunia. Dampak dari berkembangnya industry otomotive di Indonesia sehingga konsumsi bahan bakar setiap tahun mengalami peningkatan dan lambatnya pemerintah khususnya Pertamina melakukan investasi di sektor perminyakan.

Negara maju seperti Eropa dan Amerika sudah lama mengembangkan mobil listrik, sebagai respon atas terbatasnya supply bahan bakar minyak dunia dan menipisnya cadangan minyak dunia. Pemerintah Indonesia melihat keterbatasan pasokan minyak dunia ini sebagai peluang dalam mengembangkan industri battery mobil listrik di mana bahan baku dari battery listrik NiHM ( Nickel Metal Hydride ) dari bahan baku Nikel.

Indonesia menjadi negara terbesar didunia yang memiliki cadangan nikel mencapai 3,57 milyar ton. Melalui UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang mengatur tentang kebijakan pelaksanaan kewajiban peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dan setiap industri tambang berkewajiban membangun smelter.

Untuk menangkap peluang yang ada di depan mata tersebut , pemerintah membangun dan menyediakan kawasan ekonomi secara khusus di daerah penghasil nikel terbesar di Sulawesi. Banyak investor baik dari dalam negeri dan luar negeri datang dan melakukan investasi di daerah tersebut. Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi 800.000 ton per tahun, sementara produksi dunia tahun 2019 mencapai 2,67 juta ton dan Indonesia menjadi negara terbesar di dunia di susul Philipina yang mampu memproduksi 420.000 ton per tahun.

Orientasi Industri otomotive dunia kedepan akan berubah dari kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik. Dengan perubahan tersebut tentunya kebutuhan nikel sebagai bahan baku battery mobil listrik akan meningkat. Sebagai gambaran satu iunit mobil listrik yang produksi Tesla rata-rata membutuhkan nikel sebanyak 55 kg. Tesla tahun 2025 akan memproduksi 3.8 juta mobil listrik, dengan asumsi jumlah produksi tersebut maka akan dibutuhkan 209.000 ton nikel.

Baca Juga :  Peran Pemilih Muda dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Pilkada Banten 2024

Elon Musk pemilik Tesla menyampaikan bahwa nikel dari Indonesia adalah Nikel dengan kualitas terbaik di dunia. Inilah yang menjadi salah satu alasan Tesla tertarik untuk membangun pabrik battery mobil listrik di Kawasan Indutsri Batang, Jawa Tengah.

Membangun pabrik komponen battery mobil listrik di negara penghasil nikel terbesar di dunia sangat penting bagi manajemen Tesla untuk menjaga dan menjamin keberlangsungan produksi dan supply bahan baku dalam jangka panjang. Selain Indonesia, negara Asia lain seperti India juga sedang melakukan pendekatan kepada Tesla. Untuk menarik investor, selain memiliki sumber bahan baku, faktor keamanan merupakan kunci utama bagi para pelaku usaha. Mereka tidak ingin modal yang sudah di investasikan untuk menggerakan bisnis terhambat karena faktor keamanan.

Hendaknya para elite yang berseberangan secara politik dengan pemerintah bisa menahan diri untuk tidak melakukan gerakan yang bisa mengganggu stabilitas keamanan negara dengan membawa agama tertentu untuk kepentingan politik. Rakyat membutuhkan rasa aman untuk bisa bekerja, dan investor yang memiliki modal juga membutuhkan rasa aman untuk melakukan investasi bila stabiliitas keamanan suatu negara terjamin dengan baik.

Selama masa pandemic covid-19, banyak perusahaan yang merumahkan karyawan, banyak industry untuk sementara mengurangi kegiatan produksi, karena daya beli masyarakat menurun. Jika para elite tertentu selalu memprovokasi kepada masyarakat untuk melakukan aksi demontrasi dan turun ke jalan, tentu akan mengganggu aktivitas masyarakat lainya.

Pelambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya di alami oleh Indonesia, namun terjadi hampir di seluruh dunia. Sebagai akademisi sering kami menyampaikan kepada mahasiswa : ’ Apakah anda akan membuka warung di wilayah yang setiap hari warganya terlibat konflik dengan warga lainya ?”.

Baca Juga :  Food Estate dan Kebutuhan Pangan Jangka Panjang

Jawaban mereka serentak “ Tidak”. Ini adalah logika pemikiran sederhana bagaimana membangun anak bangsa bisa berfikir secara rasional dan memposisikan diri sebagai pelaku usaha yang harus mengambil keputusan dalam menjalankan bisnis. Sebuah analogi sederhana tentang pentingnya jaminan kemanan bagi pelaku usaha.

Selain Tesla masih banyak investor negara Asia lain yang akan membangun pabrik battery mobil listrik di Indonesia seperti lG Chem dan Hyundai dari Korea Selatan dan Contenpory Amperex Technology Co.Ltd ( China ) yang nilai investasinya mencapai 240 trlyun. Selain banyak menyerap tenaga kerja, multiplier efek dari satu pabrik berdiri akan banyak menimbulkan kegiatan ekonomi lainya juga akan muncul UMKM baru seperti seperti warung nasi, tukang bakso, penjual gorengan, usaha kontrakan, toko kelontong, transportasi ojek dan lainya Efek positif adanya invetasi ini harus bisa di pahami dengan baik oleh semua lapisan masyarakat termasuk oleh tokoh agama dan tokoh masayarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan terganggu kepentinganya dengan kebijakan pemerintah

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News