PANDEGLANG – Tersangka pembunuhan sadis di Kampung Jemah, Desa Koncang, Kecamatan Cipeucang berhasil ditangkap polisi. Dari penangkapan itu terungkap bahwa motif pelaku membunuh korbannya lantaran sakit hati pada ayahnya hingga melampiaskannya pada korban.
Tersangka merupakan pria berusia 60 tahun berinisial K dan korban bernama Suganda (50). Keduanya merupakan warga Kampung Jemah, Desa Koncang, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang.
Kasat Reskrim Polres Pandeglang, AKP Fajar Maulidi mengatakan, awal mula dendam tersangka muncul sekitar 15 tahun lalu. Dimana pada saat itu tersangka dan ayah korban pernah kerjasama usaha ikan, namun pada saat panen hasil yang harusnya diberikan pada tersangka malah tidak diberikan sehingga muncul rasa dendam.
Ditambah lagi tersangka dan korban yang merupakan tetangga dekat sering terlibat adu mulut sehingga menambah rasa dendam yang selama ini di pendam oleh pelaku hingga puncaknya tersangka membunuh korban dengan sadis.
“Jadi bapak korban pernah mengambil hasil ikan milik tersangka dan uangnya digunakan untuk acara korban dari situ tersangka sakit hati, sampai sekarang korban dan tersangka sering cekcok mulut tapi cekcok ringan,” ungkap Fajar saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (29/7/2021).
“Pengakuan tersangka itu kalau dia sering diremehkan oleh korban, sampai ditempat pertanian itu juga korban pernah menyambung listrik ke rumah tersangka tapi bayarnya semaunya. Satu ketika kWh tersangka rusak dan minta dibantu sama korban tapi korban tidak mau membantu karena berpikir itu bukan kWh milik korban,” sambungnya.
Fajar menjelaskan, sebelum kejadian korban sempat menawari minum kopi sama tersangka, namun tersangka yang kadung memendam emosi pada korban langsung membacoknya dari belakang.
“Kalau pengakuan dari tersangka kalau tersangka lewat saung korban dan korban sempat menawari kopi namun mungkin ada sindiran lagi karena korban sering menganggap remeh tersangka dan tersangka emosi, pada saat korban meninggalkan tersangka masuk ke gudang dari situlah tersangka membacok korban dari kepala sampai bahu,” jelasnya.
Setelah bacokan pertama, korban sempat melawan tersangka dengan tangan kosong hingga menyebabkan tangan kiri korban menderita luka bacok sebanyak 2 kali. Bukannya berhenti, tersangka yang sudah gelap mata kembali membacok korban hingga korban terkapar.
“Pada bacokan pertama korban sempat melawan dengan tangan kosong dan dari situ emosi tersangka makin memuncak sehingga membacok korban kurang lebih sepuluh kali hingga korban meninggal di tempat,” pungkasnya.
Usai memastikan korbannya tewas, tersangka kembali ke sawah miliknya dan melakukan aktifitas pertanian seperti biasa tanpa meninggalkan curiga dari masyarakat. Sebelum kejadian pembunuhan itu ada salah satu warga yang melihat dan berusaha melerai keduanya tetapi tersangka marah mengancam saksi apabila berusaha memisahkan keduanya.
“Saat korban melakukan pembacokan ada saksi yang melihat dengan niat untuk melerai tapi tersangka berteriak dan bilang ‘jangan ikut campur atau kamu pengen sekalian (dibunuh)’. Jadi saksi enggak berani mendekat,” tuturnya.
Fajar menambahkan, pada saat diamankan tersangka sempat mengelak bahwa dirinya yang melakukan pembunuhan, akan tetapi setelah diinterogasi lebih dalam akhirnya tersangka mengakui bahwa dirinyalah yang membunuh korban.
“Pada saat penangkapan, tersangka sedang di sawahnya melakukan aktivitas seperti biasa dan kami bawa tersangka ke saungnya untuk diinterogasi dan ada beberapa bahasa dia tidak mengakui dan lama-kelamaan dia mengakui bahwa dia yang melakukan karena ada masalah sakit hati,” tutupnya. (Med/Red)