Beranda Opini Koneksi Kampus Unpam Mengaji Terhadap Religius Humanis Mahasiswa

Koneksi Kampus Unpam Mengaji Terhadap Religius Humanis Mahasiswa

Amaliyah, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Universitas Pamulang

Oleh : Amaliyah, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Universitas Pamulang

UNPAM sebagai salah satu institusi perguruan tinggi bertanggung jawab mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi anggota yang baik dalam masyarakat. Tanggung jawab UNPAM tercakup dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurut Angkawijaya (2017), bahwa dalam kaitannya dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, perguruan tinggi mempunyai tiga fungsi utama untuk pengembangan mahasiswa, yaitu pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sains dan teknologi, dan sebagai agen perubahan sosial. Salah satu kandungan terbesar dari pengabdian kepada masyarakat adalah menjadi agen perubahan sosial, yaitu mengupayakan perubahan sosialnya ke arah yang lebih baik.

Konsepsi tersebut berkaitan erat dengan mahasiswa sebagai subyek dan obyek dari proses pendidikan. Sebagaimana dalam surat al alaq ayat 1-5, komprehensifitas kandungannya meliputi berbagai macam persoalan manusia dan alam semesta, termasuk isyarat konsep pendidikan. Salah satu perwujudannya adalah kampus UNPAM mengaji. Pada metode pembelajaran kampus UNPAM mengaji menggunakan pendekatan humanis religius. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ida Nurjanah (2018) bahwa humanis religius merupakan konsep yang mengembangkan kemampuan potensial secara intelektual melalui proses transfer of knowledge, dan potensial secara spiritual melalui proses transfer of value sebagai proses yang padu dan komprehenshif, tidak direduksi menjadi pemenuhan kebutuhan praktis sesaat.

Proses transfer of knowledge dan transfer of value akan membentuk karakter mahasiswa UNPAM yang mencerminkan visi dan misi UNPAM yaitu humanis religius, baik pada karakter akademik maupun pada karakter non akademik. Menurut Monica (2017) karakter mahasiswa dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Karakter Akademik

Budaya akademik adalah budaya yang universal, yakni dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Karakter akademik dapat diukur dari aspek prestasi akademik, kejujuran akademik, dan sikap ilmiah mahasiswa. UNPAM membangun budaya akademik dengan memberi kesempatan yang lebih luas dalam pendidikan pada mahasiswa yang memiliki keterbatasan biaya, waktu, akses pendidikan, termasuk bagi mahasiswa difabel. Tolak ukur dari pengembangan karakter akademik adalah fasilitas penunjang pembelajaran yang baik, teraplikasinya nilai-nilai humanis dalam sistem kerja di lingkungan civitas akademisi.

Baca Juga :  Mengembalikan Nurani Ibu

2. Karakter Non Akademik

Karakter non akademik adalah aspek moral atau sikap seorang mahasiwa. Karakter non akademik dapat diamati dari banyak aspek misalnya nilai-nilai luhur dan karakter kebangsaan dalam diri mahasiswa, paradigma berpikir mahasiswa, Pendidikan karakter di UNPAM dilakukan melalui pembiasaan kehidupan keseharian di kampus, sehingga menjadi budaya kampus. Bentuk nyata tampak dalam kegiatan mahasiswa seperti olahraga, karya tulis, kesenian, dan sebagainya. Pada pengembangan karakter non akademik, juga memperhatikan nilai-nilai religius di UNPAM.

Peran dosen sebagai profesi akademik di perguruan tinggi dalam pembentukan karakter akademik dan non akademik mahasiswa sangat penting, yang membutuhkan kesinergian antara dosen dan mahasiswa secara khusus dan civitas akademika secara umumnya. Menurut Banun, 2014, ciri-ciri seorang mahasiswa adalah rasional, cerdas, inovatif, kreatif, intelek, idealis. Tentu ciri-ciri tersebut harus dibangun memenuhi tantangan era 4.0, dimana mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi.

Kampus UNPAM mengaji yang diadakan di lingkungan Universitas Pamulang memberi tambahan pembelajaran sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Sebagai wujud apresiasi dosen agama yang ada di lingkungan UNPAM untuk mewujudkan nilai humanis dan religius. Sebagaimana kita ketahui bahwa UNPAM memiliki misi dan visi “humanis dan religius”.

Kampus Unpam mengaji menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran diantaranya: pertama, metode iqra (KUM yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang memang sama sekali belum mampu membaca al-Qur’an atau kepada mereka yang sudah mampu membaca huruf hijaiyah namun masih terbata-bata, sehingga diberikan pemantapan ulang dengan mengaji menggunakan metode iqro).

Kedua, Metode bimbingan (pembimbing KUM akan secara langsung memberikan pendampingan kepada mahasiswa dalam membaca al-Qur’an, serta membenarkan bacaannya baik tajwidnya, maupun makrojnya). Ketiga, metode (KUM yang dengan sistem membaca al-Qur’an secara bersama-sama, biasanya surat-surat yang dibaca adalah surat penting.). Keempat, metode teman sebaya (metode KUM dengan mentoring teman yang mana mentornya ini sudah bagus dan fasih bacaan al-Qur’annya yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh dosen pembimbingnya dengan diseleksi dengan benar-benar bacaan al-Qur’annya), Kelima, metode evaluasi.

Baca Juga :  Ikhtiar Menjemput Malam Lailatul Qadr

Dari proses pembelajaran kampus UNPAM mengaji, terdapat koneksi KUM terhadap humanis religius mahasiswa. Mahasiswa peserta KUM berpandangan bahwa untuk memperbaiki moralitas atau karakter mahasiswa, diperlukan teori dan praktek kehidupan mahasiswa dengan iklim kondusif di lingkungan kampus. KUM menjadi daya pendorong bagi mahasiswa untuk menjadi intelektual dengan kepribadian unggul, karena terciptanya kebersamaan.

Kebersamaan yang terjalin pada kegiatan KUM di antara mahasiswa, sehingga menumbuhkan kecendrungan syair amar ma’ruf nahi mungkar, artinya terdapat gerak proses kearah untuk saling mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Implementasi dari pendidikan multikultural yaitu mengembangkan seluruh potensi mahasiswa, meliputi, potensi intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi, potensi kesopanan dan budaya. Peranan media pembelajaran digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar. Proses kegiatan KUM dilakukan dengan dua komponen pendekatan yang menjadi kebutuhan mahasiswa yaitu religus dan humanis.

Mahasiswa sebagai kaum intelektual dan bagian masyarakat, maka ide dan pemikiran cerdas mahasiswa harus mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Terdapat 4 (empat) peran penting mahasiswa yang merupakan harapan dari masyarakan yakni peran sebagai agent of change, social control, iron stock dan moral force. (Habib, 2019). Iman, ilmu, amal dapat terimplementasi sesuai pandangan-pandangan (view) fundamental tentang Tuhan, kehidupan, manusia, alam semesta, agar dalam menjalankan kehidupan tidak menyimpang dari ajaran agama (religius) dan kemanusiaan (humanis). Hal ini hanya sebatas merupakan ide jika ajaran itu tidak disampaikan dan lebih-lebih tidak diamalkan dalam kehidupan manusia sehari-harinya.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News