Beranda Pemerintahan Kondisi TPSA Cilowong Memprihatinkan dan Rawan Longsor

Kondisi TPSA Cilowong Memprihatinkan dan Rawan Longsor

Ketua DPRD Kota Serang, Budi Rustandi langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke TPSA Cilowong - (Foto Wahyu Arya/BantenNews.co.id)

SERANG – Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang kian memprihatinkan. Selain kondisi beberapa fasilitas rusak dan belum memadai, cuaca ekstrem seperti curah hujan yang tinggi mengakibatkan kerawanan longsor di lokasi yang sempat menelan korban jiwa tersebut.

Memastikan kondisi terakhir TPSA Cilowong, Ketua DPRD Kota Serang, Budi Rustandi langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) meninjau lokasi. Di beberapa titik Budi menyaksikan kondisi TPSA kian memprihatinkan.

Mulai dari tertutupnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), curamnya lokasi yang berpotensi longsor, rusaknya jalan akses menuju lokasi, hingga beberapa fasilitas yang membahayakan pekerja dan warga sekitar.

“Saya miris melihatnya. Setelah rapat dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Bappeda memang tidak teranggarkan untuk perbaikan. Saya konsultasi dengan Kadis Lingkungan Hidup (Dinas Lingkugnan Hidup) ternyata memang di sini (TPSA) perlu banyak anggaran yang tidak teranggarkan oleh Kota Serang,” kata Budi ditemui di lokasi, Jumat (23/12/2019).

Menurut Budi, kebersihan semestinya menjadi prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Serang disamping program-program prioritas lain. Apalagi, di lokasi yang sama pernah terjadi insiden tewasnya 2 warga sekitar akibat tertimbun longsor sampah pada 1 Januari 2018 silam. Jasad Jemah (45) dan Ida (42) hingga kini belum ditemukan meski petugas gabungan dari Basarnas dan kepolisian terjun ke lokasi.

“Harusnya menjadi bagian perhatian Pemokt Serang. Menjadikan (pembenahan TPSA Cilowong) program skala prioritas, apalagi sudah terjadi insiden kecelakaan yang merenggut nyawa warga,” katanya.

Melihat kondisi keuangan Pemkot Serang yang tidak memadai untuk pembenahan TPSA Cilowong, Budi memperkirakan potensi penggunaan pinjaman daerah. Sebab, Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Serang yang langsung merasakan manfaat keberadadan TPSA tidak pernah menaruh perhatian untuk bersama melakukan pembenahan.

Baca Juga :  Kini Masa Berlaku SIM Disesuaikan dengan Tanggal Pembuatan

“Bantuan Provinsi Banten dan Kabupaten Serang yang merasakan manfaat dari TPSA Cilowong tidak kunjung datang, padahal buang (sampah) nya di sini. Pemkab Serang semestinya bukan cuma (kewajiban) retribusi. Harus ada kerja sama antara pemerintah daerah agar pembangunan Cilowong berjalan,” tandasnya.

Budi mengultimatum, khususnya kepada Pemkab Serang untuk berkontribusi membanguan TPSA Cilowong. “Jangan sampai kita stop (membuang sampah di Cilowong). Harusnya sadar diri dan tahu diri,” ujarnya.

Dalam pada itu, ia akan berkoordinasi dengan kepala daerah, khususnya Pemkot Serang dan pihak terkait untuk membicarakan penyelesaian masalah TPSA Cilowong.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang Ipiyanto menyampaikan bahwa keberadaan TPSA Cilowong sudah tidak memungkinkan jika dikelaola dengan cara-cara lama. Sebab volume sampah yang masuk terus bertambah dan tidak dibarengi dengan pembenahan fasilitas yang ada.

“Kondisinya kalau masih cara lama sudah tidak bisa digunakan penampungan sampah, kalau hanya buang tanpa penataan sama sekali berisiko dan bahaya terutama bagi masyarakat,” ujarnya. Di sisi lain, ia juga tidak bisa menutup TPSA Cilowong dari aktifitas sebagian warga yang menggantungkan hidup dari memulung.

Ipiyanto sendiri mengakui sudah mengusulkan bantuan kepada pihak Provinsi Banten, maupun menyampaikan persolan TPSA Cilowong kepada Pemkab Serang, namun tidak pernah mendapat respons positif.

“Kami sudah usulkan bantuan kepada provinsi dan pemerintah Kabupaten Serang. Artinya Kabupaten Serang dari pada Bojongmenteng belum juga selesai, lebih baik memanfaatkan yang ada. Pemkab juga seharusnya menyadari dari pembangunan di tahun 1995 dan diwariskan kepada Pemkot Serang 2008 lalu kondisinya seperti ini, kami sudah berusaha menata dengan keterbatasan pembiayaan,” jelasnya.

Untuk meminimalisai terjadinya longsor, pihaknya melalui UPT setempat sudah menerapkan pola terasering emnyerupai piramid untuk mencegah longsor. Menurutnya kondisi tersebut masih belum memenuhi standar keamanan. Terbukti beberapa kali terjadi truk sampah terbalik ketika akan mengosongkan muatannya. “Sebetulnya tidak boleh, karena musim hujam yang deras dan cuaca ekstrem kami tidak mau ambil risiko setelah kejadian longsor yang lalu.”

Baca Juga :  Walikota Serang Resmikan Ruang Terbuka Hijau di Lopang

Idealnya, menurut Ipiyanto ada semacam penahan sampah di bagian tengah TPSA semacam paku bumi untuk menahan sampah dari longsor akibat kelebihan volume maupun longsor akibat curah hujan.

(you/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News