SERANG – Komunitas Kembali Indonesia akan mempersembahkan pertunjukan teater “Fregmen Segare” di UMAH BUDAYA KAUJON, Serang – Banten, pada 31 Agustus dan 1 September pukul 20:00 WIB.
Pertunjukan ini merupakan hasil dari program open recruitment Komunitas Kembali Indonesia tahun 2024, yang melibatkan para aktor yang telah melalui serangkaian workshop penciptaan teater.
Ketua pelaksana, Imaf M Liwa menjelaskan para aktor, termasuk Hikmal, Sekar, Selvi, Lia, Yusuf, dan Oki, telah melalui serangkaian workshop yang difasilitasi komunitas dengan menghadirkan beberapa pelaku seni dari Banten, seperti Arip Senjaya (penulis/dosen) untuk workshop kepenulisan dan sastra, Putri Wartawati (koreografi/performer) untuk workshop tari, Qibro Pandam (perupa) untuk workshop artistik, Irma Maulani (aktor/penulis) untuk workshop keaktoran, dan Imaf M Liwa (sutradara) untuk workshop penyutradaraan.
“Pertunjukan “Fregmen Segare” mengangkat tema tentang laut dan kehidupan yang berhubungan dengan laut. Melalui hasil temuan lapangan, para peserta mencoba merakit adegan demi adegan menjadi satu pertunjukan yang utuh sebagai fragmen. Upaya ini bertujuan untuk mengajak audiens bersama-sama menumbuhkan kesadaran menjaga serta merawat lingkungan, karena laut adalah bagian dari kita. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan maritim sebagai identitas Nusantara,” ujarnya, Minggu (25/8/2024).
Menurutnya melalui wawancara dan pengamatan observer, komunitas mencoba menggali kondisi sosiokultural serta issue terkait. Desa Lontar, yang merupakan wilayah pesisir utara Serang, didominasi oleh nelayan yang menggunakan teknologi tradisional seperti jala dan bubu untuk menangkap ikan. Namun, sebagian masyarakat Lontar juga bekerja sebagai petani karena terdapat aliran sungai sebagai irigasi dan peng-airan lahan pertanian padi. Sayangnya, pada saat observasi dilakukan, sungai di Lontar terlihat sudah tidak berfungsi akibat sedimentasi sampah sehingga terjadi pendangkalan dan menghambat aliran sungai yang berdampak pada kondisi pertanian.
“Di Lontar juga ditemukan makam dengan nisan bertuliskan aksara Cina, menurut cerita masyarakat sekitar, dulu Lontar pernah dihuni oleh etnis Tionghoa dan salah satu dari mereka pernah menjadi saudagar ikan yang mempekerjaan masyarakat lokal desa tersebut. Etnis Tionghoa terakhir yang tinggal di Lontar meninggal pada tahun 2018,” ujarnya.
Kemudian, pemakaman Cina berada di sebelah selatan dari akses jalan utama menuju desa Berangbang. Selain itu, temuan-temuan lain seperti teknologi nelayan dan kondisi lingkungan menjadi hal menarik bagi komunitas untuk dirakit dan diolah menjadi sebuah pertunjukan.Melalui peristiwa pengamatan dan data hasil observasi, para anggota recruitment mengemas dan merecall hal tersebut menjadi sebuah seni pertunjukan teater dalam persentasi karya nanti. Mereka tidak hanya mengolah memory dari data untuk dipentaskan, tetapi juga mencoba menjadikan tubuh sebagai medium recording, menyelaraskan apa yang dirasakan di lapangan, dan merekam setiap elemen yang bersentuhan dengan tubuh menjadi data yang tercatat meski bukan dalam bentuk teks. “Nantikan pertunjukan ini dan jangan lupa ikuti perkembangan kami di media online Instagram komunitas (@Komunita_Kembali), ” ujarnya. (Dhe/Red)