SERANG – Tak hanya untuk melestarikan lingkungan, Bank Sampah Digital atau BSD berkolaborasi dengan PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang untuk mengelola sampah menjadi bahan baku kertas daur ulang yang mempunyai nilai ekonomis. Saat ini sudah ada 200 titik yang didampingi untuk pengelolaan sampahnya.
BSD telah berdiri sejak Desember 2020 dan merupakan sosial enterprise yang bergerak dalam pengelolaan sampah. Sistem yang dimiliki BSD yaitu mendorong partisipasi aktif untuk memilah serta menabung sampah yang bernilai ekonomi.
Saat ini sudah ada 200 titik di Serang Raya yang sampahnya terjaring oleh BSD yakni tersebar di Kabupaten Serang sebanyak 41 titik, Kota Serang memiliki 117 titik, dan Kota Cilegon sebanyak 31 titik.
Head of Corporate Sosial Responsibility PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang, Dani Kusumah mengatakan, BSD yang didirikan oleh sejumlah anak muda ini memiliki akses langsung ke IKPP untuk mensuplai sampah kertas. Jumlah sampah yang disetorkan bank sampah tersebut biasanya hanya kisaran puluhan ton dalam per bulan, besaran itu memang tidak seberapa dibanding kebutuhan Indah Kiat dalam sehari yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan ton sampah.
Meski begitu, kata Dani, pihaknya tidak melihat dari jumlah sisi tonase yang diterima akan tetapi lebih menelisik kepada semangat serta konsep dan strategi yang dilakukan BSD. Strategi yang dipakai BSD yaitu melakukan penjaringan sampah di berbagai wilayah yang ada di Provinsi Banten khususnya Kota dan Kabupaten Serang. Selanjutnya sampah itu diambil tiap bulan dan dipilih sesuai kategori sampah plastik, kertas dan organik.
“Itu yang menarik, untuk sampah kertas masuk ke kita. Pada saat masuk ke kita disampaikan informasinya bahwa strategi untuk masuk ke kita supaya nilai jual tinggi harus dipilah, sampah coklat, warna, kertas putih itu dipilah jadi nilai makin tinggi,” jelas Dani dalam acara buka bersama PT Indah Kiat Pulp and Paper di salah satu hotel di Kota Serang, Senin (17/4/2023).
Selain itu, Indah Kiat juga memberikan sejumlah pengetahuan kepada BSD terkait tingkat kelembapan air di sampah. Hal itu dikarenakan banyak kecurangan yang terjadi, di mana sampah dicampur dengan air lalu dibungkus seperti kardus diberi air agar beratnya bertambah.
Sedangkan IKPP memiliki alat pengecekan moisture, apabila kadar airnya melebihi dari batas toleransi maka akan kena penalti.
Hingga saat ini, total sampah yang sudah disuplai BSD ke Indah Kiat sebanyak 16 ton. Saat ini posisi BSD menjadi pemasok sehingga harga jual sampahnya sama dengan supplier lainnya dan PT IKPP juga menjemput sampahnya. Selama beroperasi, BSD dipastikan tidak bergesekan dengan pemulung atau pihak lainnya.
“Jadi peluang di sana banyak, kita adalah mitra, kedepan akan dikembangkan dalam bentuk kegiatan CSR, karena ada sisi humanis ada sisi CSR. Bukan hanya bicara B2B (business to business),” ucapnya.
Dani mengungkapkan pembayaran sampah dari Indah Kiat ke BSD dilakukan melalui Koperasi Karyawan Indah Kiat. Setelah itu koperasi akan melakukan tagihan ke Indah kiat sama halnya dengan supplier.
Untuk kertas coklat harganya berkisar Rp2.200 hingga Rp2.500 per kilogram, sedangkan kertas putih harganya bisa lebih tinggi.
“Hasil evaluasinya bagus karena mereka (BSD) profesional,” ucapnya.
PT IKPP berencana ke depannya untuk melakukan sosialisasi ke sekolah dan dunia usaha agar ikut menggalakkan kampanye lingkungan. Selain untuk melestarikan lingkungan, dilihat dari sisi edukasi pemanfaatan kertas daur ulang juga memiliki sisi ekonomi yang luar biasa.
Hadir dalam kegiatan tersebut Public Affairs Manager PT IKPP Arif Mahdali, Public Affairs Supervisor IKPP Syamsul Rijal, CEO BSD Desty Eka Putri Sari.
CEO BSD Desty Eka Putri Sari mengatakan pada penghujung 2022, dirinya pernah berharap bank sampah induk dapat menyuplai kertas daur ulang langsung ke industri seperti Indah Kiat yang skala produksinya besar dan biasa menerima sampah ratusan ton. Harapan itu rupanya menjadi kenyataan dan disambut oleh PT IKPP.
“Jadi nasabah kami tingkat hulu ada komunitas RT RW, ibu arisan, pengajian, wirausaha yang fokus ke hotel, restoran dan kafe yang totalnya sudah ada 14. Sekarang kafe buka titik BSD juga. Sampahnya ditimbang ke BSD, itu untuk diputar jadi modal mereka lagi. Untuk charity misalnya ngopi gratis tiap Jumat, tentu akses ini jadi peluang buat kami untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan. Tapi kalau tidak ada praktik baik atau open mind dan open heart dari industri (Indah Kiat), startup seperti kita apalah daya akan kalah bersaing dengan industri,” ujarnya.
Akan tetapi, Desty menyebutkan inti tujuannya untuk bekerja sama bukanlah hal tersebut. Melainkan bagaimana IKPP mendukung gerakan yang dilakukan 11 anak muda dengan rentang usia 22-35 tahun.
BSD mempunyai visi lingkungan lestari masyarakat sejahtera 2045. Tahun 2045 dijadikan pilihan sebab saat itu ada bonus demografi banyak anak muda. Apabila tidak dioptimalkan, maka akan jadi beban daerah nantinya.
Kerjasama dengan Indah Kiat selain meningkatkan legitimasi sisi kelembagaan, tapi juga kerjasama multi pihak agar dapat capaian bersama. Di mana Indah Kiat sangat konsen terhadap startup yang sangat muda tetapi bisa dipercaya menyuplai kertas daur ulang langsung ke industri.
“Bicara selisih tentu akan lebih besar kalau kita menjual ke lapak atau suplier. Tapi bukan itu sekali lagi fokusnya. Tapi soal keterbukaan akses jadi penting buat kami dan praktek baik tentu saja untuk pelaku bisnis serupa,” ucapnya.
BSD sendiri merupakan lembaga yang memiliki SK Kemenkum HAM. Ke depannya tidak hanya bisa mendukung industri swasta tetapo juga optimis dapat membantu program pemerintah daerah untuk mengurangi 30 persen pasokan sampah.
Desty mengatakan nasabah BSD saat ini hampir 3.500 orang yang terdiri dari ibu-ibu dan kalangan menengah kebawah. Saat menjemput sampahnya setiap bulan, pihaknya juga sembari menanyakan kepada nasabah mengenai kebutuhannya.
BSD memiliki 10 program yaitu dimulai dari bank sampah, lalu rumah edukasi sebagai pusat pelatihan dan pendampingan pemilahan sampah hingga pengelolaan serta pelatihan keterampilan untuk masyarakat.
Selanjutnya program ketiga yaitu BSD Mart sebagai marketplace bagi nasabah BSD untuk membantu menjualkannya. Saat ini nasabahnya sudah ada 4.000. Dari jumlah itu, setengahnya memiliki ekonomi menengah ke bawah yang memiliki modal minim seperti pedagang gorengan, gado-gado dan pecel. Untuk itu diluncurkan permodalan bergulir dengan bebas bunga dan riba, yang dicicil dengan tabungan sampah.
“Jadi ini mengurangi akses mereka untuk langsung pinjam ke bank keliling atau ke pinjol. BSD sudah berikan permodalan bergulir ke 110 nasabah, dari awalnya 17 piloting murni pembiayaan dari BSD,” jelasnya.
Program selanjutnya ada OZON atau Oil Zero for Our Nature yang merupakan program ajakan untuk pelestarian lingkungan berkonsentrasi pada pengelolaan minyak jelantah berkelanjutan, kemudian pajak PBB dan berobat pakai sampah yang di mana untuk melakukan pembayaran dua layanan tersebut menggunakan tabungan sampah. Sampai saat ini sudah ada 116 nasabah yang bayar pajak pakai tabungan sampah. Kegiatan itu dikerjasamakan dengan Pemkot Serang.
“Jadi untuk nasabah yang batuk pilek bisa pakai tabungan sampah, invoice-nya dikirim ke kami,” katanya.
Berikutnya ada lumbung pangan sebagai ketahanan pangan keluarga berbagai bahan pangan kepada fakir miskin, rentan gizi buruk, rentan stunting dan ODGJ (Orang dalam gangguan jiwa), sedekah sampah yang dilakukan dengan memilah sampah lalu disalurkan untuk beasiswa anak yatim, listrik rumah ibadah, sembako untuk pemulung dan petugas kebersihan. Nasabahnya sedekah sampah ada sekitar 25 persen yang secara finansial mereka free tetapi tetap mau ikut bergabung. Dari sedekah itu kemudian dikoordinir dan dibagikan ke 200 titik yang daftar mustahiknya sudah dipegang.
Terakhir program Wirawaste yakni program dari BSD untuk kedai-kedai atau coffee shop untuk menjadi bagian dari agen perubahan mengatasi permasalahan sampah, dan modal usaha bergulir untuk pemberdayaan ibu-ibu duafa agar mampu mandiri sejahtera dengan pendampingan usaha.
(Nin/Red)