Yazidi Nadia Murad mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. Ia merupakan korban perbudakan seksual oleh ISIS selama tiga bulan sebelum akhirnya ia dapat melarikan diri.
Dalam pidatonya, Jumat 5 Oktober 2018, ia menganggap hadiah tersebut merupakan penghargaan yang signifikan bagi semua wanita yang menderita kekerasan seksual dalam kecamuk konflik.
“Itu sangat berarti, tidak hanya untuk saya, untuk semua wanita di Irak dan seluruh dunia,” katanya seperti dilansir dari AFP setelah berbagi hadiah di bidang yang sama dengan dokter asal Kongo, Denis Mukwege yang juga intens memerangi kejahatan seksual di wilayah konflik.
“Tidak mudah bagi saya untuk keluar dan berbicara tentang apa yang terjadi pada saya dan khusus untuk perempuan di Timur Tengah untuk berbicara bahwa mereka telah menjadi budak seks,” katanya.
Tunangan Murad, Abid Shamdeen, mengatakan, Hadiah Nobel Perdamaian itu menandakan bahwa dunia masih peduli dengan korban kejahatan. “Bagi komunitas kecil yang sedang dianiaya, hadiah ini memberitahu saya bahwa suara mereka didengar. Kami berharap (itu) akan menjadi suara bagi semua wanita yang menderita kekerasan seksual dalam konflik di banyak tempat lain.”
Yazidi Nadia Murad yang saat itu berusia 25 tahun, diculik oleh militan ISIS pada 2014 hingga menjadi budak seks selama tiga bulan sebelum berhasil melarikan diri. PBB menilai kejahatan yang menimpa ribuan wanita dan gadis Yazidi tersebut sebagai genosida. (You/Red)