Beranda Peristiwa Ketua BPD Tanara Soroti Kerusakan Mangrove dan Proyek Pengurukan Sungai di Tanara

Ketua BPD Tanara Soroti Kerusakan Mangrove dan Proyek Pengurukan Sungai di Tanara

Ketua BPD Tanara Jayadi menunjukkan lokasi mangrove yang rusak (Rasyid/BantenNews.co.id)

KAB. SERANG – Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tanara, Jayadi, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kerusakan lingkungan di wilayah Desa Muncung, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tengerang.

Hal itu diungkapkannya pasca melakukan peninjauan langsung ke lokasi pagar laut di daerah pedalaman Tanara yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Ia mendapati kondisi mangrove yang kian mengkhawatirkan.

“Kemarin saya cek ke lapangan, ke laut, di lokasi pagar laut di desa pedalaman Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang. Saya periksa wilayah saya yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, dan saya kaget di situ sudah sempit,” kata Jayadi kepada BantenNews.co.id melalui telepon, Jumat (24/1/2025).

Menurut Jayadi, mangrove di sepanjang sungai tidak hanya ditebang, tetapi juga dibakar. Ia menduga perusakan ini terjadi beberapa minggu lalu, seiring dengan pengembangan proyek pengurukan sungai di Desa Muncung.

“Kemarin teman saya bilang, ini berani amat mangrove ditebang di sepanjang sungai. Saya melihatnya sambil jalan di atas perahu nelayan yang saya sewa,” jelasnya.

Ia menambahkan, kerusakan lebih parah terlihat di wilayah Desa Muncung yang berbatasan dengan Tangerang, sementara daerah Serang masih relatif rindang.

“Kalau di wilayah Serang masih agak sedikit rindang, tetapi wilayah Muncung itu sudah ramai-ramai dibabat dan dibakar,” ujarnya.

Jayadi menyebutkan bahwa sungai tersebut merupakan jalur lalu lintas utama bagi nelayan. Ia prihatin karena nelayan setempat tidak menyadari bahwa perusakan mangrove dilarang.

“Sungai itu kan buat lalu lintas nelayan, dan nelayan tidak jauh mengetahui kalau mangrove itu dilarang dirusak,” ungkapnya.

Menurut keterangan dari nelayan setempat yang ia temui, kerusakan mangrove diduga terkait proyek pengurukan sungai untuk pembangunan kawasan PIK 2.

“Setelah saya tanya ke nelayan yang perahunya saya sewa, mereka mengatakan ini bagian dari proyek pengurukan proyek PIK 2,” jelas Jayadi.

Baca Juga :  Warga Lebak Dihebohkan Penemuan Bunga Bangkai

Ia juga menemukan bahwa proyek pengurukan di lokasi tersebut telah berlangsung lama. “Proyek ini sudah lama. Sekarang saya sedang di depan proyeknya, banyak mobil proyek tidak beroperasi,” katanya.

Jayadi menyebut pengurukan ini merupakan bagian dari rencana pembebasan lahan seluas 100 hektare, yang sebelumnya telah menuai protes warga karena berdampak pada banjir dan meluapnya air saat hujan.

“Sebelumnya warga sudah protes untuk membuka urukan sungai itu karena berdampak banjir dan meluap saat hujan. Itu kan aliran ke laut,” paparnya.

Meski sempat dilakukan pembukaan sebagian urukan, dampaknya masih dirasakan warga. “Setelah ada aksi, sudah dibuka lagi (urukan), tapi sedikit,” imbuhnya.

Jayadi berharap agar pihak investor lebih memperhatikan kepentingan masyarakat sebelum melanjutkan proyek.

“Dalam waktu dekat akan ada aksi lagi. Saya berharap kepada investor, tolonglah jangan merugikan masyarakat. Sebelum ada eksekusi, tolonglah sosialisasikan dulu kepada masyarakat. Jangan bertindak seperti preman,” tegasnya.

Penulis: Rasyid
Editor: Usman Temposo

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News