SERANG – Menjelang waktu berbuka puasa, Pasar Lama Kota Serang dipadati warga yang berburu takjil, dan satu menu yang tak pernah absen dari daftar buruan adalah ketan bintul khas olahan Haji Mamad.
Kelezatan dan keautentikan rasanya membuat ketan bintul ini menjadi primadona di kalangan konsumen, tak terkecuali Keysha, warga Cilegon.
“Ini sudah tradisi. Setiap Ramadan pasti belinya ketan bintul, tapi khusus yang dari Pak Haji Mamad,” ujar Keysha saat ditemui di lokasi, Selasa (11/3/2025).
Menurut Keysha, ketan bintul buatan Haji Mamad memiliki rasa yang autentik dan khas, berbeda dari yang lain.
“Ketan di sini rasanya asli, nggak ada campuran. Legit dan pulen,” ungkapnya.
Senada Liana, warga Serang yang juga rutin membeli ketan bintul di tempat Haji Mamad. Ia mengatakan, rasa yang konsisten membuatnya selalu kembali setiap Ramadan.
“Sudah langganan dari dulu. Rasanya nggak pernah berubah, selalu enak dan pas di lidah. Ketan bintul di sini juga selalu fresh,” kata Liana.
Sementara, Rudi, warga lainnya mengungkapkan bahwa ketan bintul Haji Mamad menjadi andalan keluarganya setiap buka puasa.
“Kalau di rumah, nggak lengkap rasanya buka puasa tanpa ketan bintul ini. Anak-anak juga suka banget,” ujarnya.
Meski harus menempuh perjalanan dari Cilegon, Keysha mengaku rela datang ke Pasar Lama demi mencicipi ketan favoritnya.
“Biasanya seminggu sekali ke sini kalau lagi pengen. Buat anak-anak juga, beli satu aja cukup,” tuturnya sambil tersenyum.
Ketan bintul memang bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari tradisi buka puasa masyarakat Serang.
Olahan ketan yang disajikan dengan empal daging sapi atau kerbau ini selalu hadir di meja makan sebagai pelengkap momen kebersamaan keluarga.
Tak heran, lapak Haji Mamad di Pasar Lama selalu dipadati pembeli, terutama menjelang waktu berbuka.
Aromanya yang menggugah selera dan cita rasa yang konsisten membuatnya selalu dinantikan setiap Ramadan tiba.
Diketahui harga ketan bintul di Haji Mamad satu porsi Rp20 ribu, sementara untuk empal daging sapinya per bungkus Rp26 ribu.
Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd