CILEGON – Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon mengajak Pemkot Cilegon untuk bersama-sama memetakan sentra, komoditas ekspor di daerah dan negara tujuan dengan memanfaatkan aplikasi peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export).
Rencana itu diawali dengan kunjungan BKP Kelas II Cilegon dan melakukan pertemuan di ruang kerja Walikota Cilegon, Edi Ariadi, Jumat (30/8/2019). “BKP ingin mapping (memetakan) komoditas apa saja yang sekiranya menjadi bahan ekspor. Nah dengan aplikasi I-MACE, itu akan memudahkan kita untuk meningkatkan komoditas ekspor apa saja di kita,” ujar Edi Ariadi.
Dari informasi yang ia himpun, salah satu produk pertanian yang cukup menjanjikan untuk menjadi komoditas ekspor di Banten ini yakni kulit melinjo. “Seperti kulit melinjo yang katanya (BKP) di Lebak yang mampu menyuplai sekian ton (belum memenuhi permintaan pasar negara tujuan ekspor-red), coba kita lihat nih kita bisa ngga ngangkatnya (untuk memenuhi permintaan pasar). Nah Karantina yang akan fasilitasi, dalam arti menjamin itu bisa diekspor. Misalnya juga kita punya melon mas, nah dia siap bantu,” jelasnya.
Sementara Kepala BKP Kelas II Cilegon, Raden Nurcahyo Nugroho membenarkan kaitan tingginya permintaan pasar internasional akan produk yang familiar di masyarakat Banten dengan sebutan ‘Kulit Tangkil’ tersebut. Memenuhi permintaan itu, pihaknya pun melakukan pemetaan dan bimbingan teknis (bimtek) terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ‘Mawar Bodas’ di Lebak.
“UMKM Kulit Tangkil itu sudah berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) kita, dilakukan bimtek. Komoditas ini sempat dipesan oleh orang Rusia, tapi orang kita belum siap. Karena orang Rusia mintanya teratur 1 kontainer per bulan. Ya kalau 20 feet sekira 20 ton, sementara UMKM kita di Lebak hanya mampu 3 menyuplai kuintal setiap bulannya. Ini yang akan kita dorong, Rusia sudah berminat karena sesuai informasi (kulit tangkil) itu dipergunakan untuk bahan baku kosmetik,” ungkapnya.
Ia berharap, melalui bimbingan teknis pihaknya, Pemkot Cilegon mampu turut mendorong kolaborasi antara instansi pusat dan daerah agar memiliki kepedulian yang tinggi terkait frekuensi, volume, maupun kontinyuitas dari komoditas yang bisa diekspor. Terutama komoditas pertanian, agar neraca perdagangan non migas nasional positif dan dapat tercapai.
“Kita akan petakan, potensi-potensi komoditas yang bisa diekspor di Cilegon, serta di Kabupaten dan Kota lainnya. Untuk kita tuangkan dalam i-Map ekspor dan diiklankan di seluruh delegasi mitra Indonesia yang mempunyai pertemuan bilateral, unilateral dan multilateral dengan delegasi Indonesia,” tandasnya. (dev/red)