SERANG – Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II meminta masyarakat untuk lebih siaga dalam menghadapi musim kemarau 2023. Sejumlah wilayah di Provinsi Banten diprakirakan mengalami curah hujan yang lebih kering.
Kepala BBMKG Wilayah II, Hartanto mengatakan peristiwa itu dampak dari kombinasi fenomena El Nino dan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat dan timur (Indian Ocean Dipole atau IOD) yang diprediksi terjadi pada semester II. Namun, warga Banten diminta untuk tidak panik terkait hal tersebut.
“Sebagian wilayah Banten diprediksi akan mengalami curah hujan lebih kering dalam tiga dekade terakhir. Meskipun demikian, masyarakat diminta tidak panik menghadapi fenomena El Nino atau musim panas,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima BantenNews.co.id pada Selasa (30/5/2023).
Hartanto menyebutkan, berdasarkan hasil pengamatan awal musim kemarau Dasarian II pada Mei 2023, sejumlah daerah di bagian utara Provinsi Banten sudah memasuki musim kemarau. Daerah-daerah itu yakni Kota Cilegon, Kabupaten Serang bagian utara, Kota Serang bagian utara, Kota Tangerang bagian selatan, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang bagian tenggara, Kabupaten Tangerang bagian utara, dan Kota Tangerang bagian utara.
“Hasil Pengamatan El Nino dan IOD menunjukkan positif, yang berarti penurunan curah hujan di wilayah Indonesia. Berdasarkan monitoring awal musim kemarau Dasarian II bulan Mei ini, Provinsi Banten bagian utara sudah memasuki musim kemarau,” terang Hartanto.
Meski demikian, Ia menambahkan, pada masa transisi musim, hujan masih mungkin terjadi dalam skala harian hingga mingguan di wilayah yang sudah maupun belum memasuki musim kemarau.
“Hujan itu dipengaruhi oleh aktifnya variabilitas iklim sub-musiman berupa penjalaran gelombang tropis ekuatorial. Selain itu juga disebabkan suhu permukaan laut sekitar yang masih hangat dan ketersediaan uap air di atmosfer masih cukup,” tambah Hartanto.
Sedangkan, kondisi hujan bulanan pada periode bulan Juni hingga Oktober untuk wilayah Provinsi Banten diprakirakan berada pada kategori rendah yakni 0-100 mm/bulan. Adapun periode puncak musim kemarau tahun ini diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus dengan peluang kejadian curah hujan di bawah normal atau kategori lebih kering dari biasanya.
“Pada periode musim kemarau, khususnya pada puncak musim kemarau harus diwaspadai adanya potensi kekeringan di wilayah Banten,” tegas Hartanto.
Hartanto mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat yang rawan kekurangan air bersih diharapkan dapat melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung kolom retensi dan penyimpanan air buatan lainnya.
“Masyarakat harus waspada musim kemarau yang lebih kering dibandingkan musim kemarau dalam tiga dekade terakhir atau sejak 1990-an. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana kekeringan harus disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai bentuk mitigasi. Seperti kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan,” imbau Hartanto.
“Masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG” tutupnya. (Nin/Red)