Beranda Hukum Kasus Kecelakaan di Banten Mayoritas Milenial

Kasus Kecelakaan di Banten Mayoritas Milenial

Kendaraan kecelakaan di Jalan Tol Tangerang-Merak - foto istimewa

SERANG – Data kecelakaan pada 2018 yang dimiliki oleh Polda Banten mencatat, sebanyak 755 warga Banten yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan sebanyak 1.800 diantaranya korban luka berat. Dari keseluruhan tersebut, sebanyak 55 persen merupakan kalangan milenial.

Adapun data yang dimiliki oleh Polres Serang Kota pada kurun waktu 2019 hingga sekarang, tercatat sebanyak 119 kasus kecelakaan lalu lintas. Dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 49 korban, luka berat sebanyak 1 korban, dan luka ringan sebanyak 147 korban. Kerugian materi mencapai Rp101.400.000.

Dari keseluruhan tersebut, sebanyak 31 korban merupakan anak di bawah umur. Dengan rincian 7 korban meninggal dunia, dan 24 korban luka ringan. Sedangkan untuk pelaku kecelakaan yang di bawah umur, sebanyak 6 pelaku.

Jika membandingkan antara jumlah kasus kecelakaan dengan jumlah korban di bawah umur, maka didapati sebesar 26 persen. Artinya, pada setiap 10 kecelakaan, terdapat kurang lebih tiga korban anak di bawah umur.

Sedangkan untuk pelaku di bawah umur, apabila dilakukan perbandingan antara jumlah kecelakaan dengan jumlah pelaku, maka didapati sebesar 5 persen. Artinya, dalam setiap 10 kecelakaan, satu diantaranya dilakukan oleh anak di bawah umur.

Kasatlantas Polres Serang Kota, AKP Ali Rahman, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa upaya, baik preventif dengan melakukan sosialisasi seperti agenda Milenial Road Safety, dan sebagainya.

“Selain itu, kami juga melakukan sosialisasi seperti menjadi pembina upacara, narasumber kegiatan pramuka maupun kampus,” ujarnya, Minggu (30/6/2019).

Mengenai wacana pembentukan Perwal, untuk melarang anak sekolah membawa kendaraan bermotor, ia mengaku bahwa hal tersebut merupakan kewenangan dari Pemerintah Kota Serang.

“Tapi memang tidak boleh secara undang-undang. Ada lahan parkir di SMK Ciceri, dipakai untuk lahan parkir sekolah. Kegiatannya tidak menggangu anak-anak sekolah,” ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa pihaknya saat ini, telah membuat kebijakan bahwa anak sekolah, yang berangkat sekolah, diberikan toleransi untuk membawa kendaraan bermotor. Hal tersebut agar apabila ada penilangan, tidak mengganggu waktu belajar di sekolah.

“Untuk pergi ke sekolah atau sebelum masuk sekolah, kami beri toleransi. Setelah pulang sekolah, apabila melintas dan melakukan pelanggaran, langsung ditilang,” ujarnya.

Untuk itu, ia mengatakan bahwa peran keluarga dalam mencegah terjadinya kecelakaan, bagi anak di bawah umur, sangatlah penting. Karena, apabila Kepolisian dibiarkan bekerja sendiri, maka tidak akan efektif.

“Peran keluarga sangat penting. Upaya pencegahan pertama ada di lingkungan keluarga. Yang belum memiliki SIM, jangan membawa kendaraan,” ujarnya.

“Orangtua jangan egois. Mentang-mentang kerja, waktunya tidak ada mengantar anak. Saya yakin masih sempat, ada waktu,” ucapnya.

Ali Rahman mengatakan, solusi terbaik untuk menghindari kecelakaan bagi anak di bawah umur, adalah dengan menggunakan jasa layanan antar jemput, ataupun transportasi lainnya.

“Mungkin menitipkan kepada orang yang bisa dipercaya seperti ojek atau ojek berbasis aplikasi online,” ujarnya. (Dhe/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News