KAB.SERANG – Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggelar lokakarya kepemimpinan masa depan Indonesia dalam perencanaan dan penganggaran terintegrasi kesehatan reproduksi (PTT Kespro) yang bertempat di Aula Tb Suwandi Setda Kabupaten Serang pada Senin (14/3/2022).
Dalam acara tersebut Bappenas turut menjadikan Kabupaten Serang sebagai percontohan atau Pilot Project untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal itu mengingat angka AKI dan AKB yang masih tergolong tinggi.
Direktur Keluarga Perempuan Anak, Pemuda dan Olahraga Bappenas, Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan kegiatan tersebut merupakan program kerja sama dengan Republik Indonesia United Nations Population Fund (RI UNFPA) di bawah koordinator Bappenas yang sedang melakukan uji coba menyusun perencanaan penganggaran yang terintegrasi kesehatan reproduksi dalam rangka penurunan AKI dan AKB.
“Kita sekarang tahu AKI dan AKB baru lahir kita kan sudah menurun tetapi kalau kita lihat dari rata-rata tercepat penurunannya itu baru 2,2 persen pertahun, kita harusnya kalau bisa ingin mencapai target RPJMN itu harus kita turunkan 5,5 persen pertahun artinya kita perlu percepatan,” ujar Woro.
Dengan dijadikannya Kabupaten Serang sebagai salah satu percontohan yaitu untuk memastikan bagaimana mengintegrasikan berbagai bidang sektor-sektor dalam upaya menurunkan AKI dan AKB. Mengingat saat ini Kabupaten Serang termasuk dalam 5 tertinggi di Indonesia menyangkut AKI dan AKB.
Turut hadir mendampingi Direktur Keluarga Perempuan Anak, Pemuda dan Olahraga Bappenas, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah IV Bangda Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri), Zanariah, dan para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Serang.
Sementara itu, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah bersyukur Kabupaten Serang dijadikan sebagai percontohan untuk penurunan AKI/AKB dan merasa sangat terbantu dengan adanya program tersebut. Oleh karena itu, Tatu meminta kepada Staff Ahli Bidang Kesra, Bappeda sebagai leader untuk mengoordinasikan dengan Kementerian Agama (Kemenag) terkait pernikahan dini.
“Sebab tingginya AKI dan AKB bukan hanya pada faktor kesehatan saja, melainkan faktor banyaknya pernikahan di usia dini,” ujar Tatu.
Didaulat sebagai percontohan, Tatu berharap tim yang sudah dibentuk untuk percepatan penurunan AKI dan AKB dapat memanfaatkan program tersebut dengan sebaik-baiknya.
“Karena kita tahu untuk AKI dan AKB baru lahir di Kabupaten Serang ini masih jadi persoalan. Karena masih tinggi angkanya yang harus kita turunkan untuk lebih kecil lagi angkanya,” kata Tatu. (Nin/red)