SERANG – Jurnalis Warga (JW) Banten menggelar diskusi dan nonton bareng film dokumenter “Kota Serang: Ibukota seribu masalah”. Kegiatan dilaksanakan di gedung Student Center kampus Untirta Sindangsari, Kabupaten Serang, Selasa (27/06/23).
Diskusi yang membahas terkait buruknya layanan publik di Ibukota Provinsi Banten itu menghadirkan berbagai kalangan. Hadir sebagai pembicara aktivis antikorupsi Ade Irawan, Asisten Pemerintah dan Kesra (Asda) 1 Kota Serang Subagyo, dan Program Manajer Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) Lilik HS.
Ade Irawan mengatakan bahwa kunci untuk perubahan Kota Serang yang lebih baik adalah komitmen kepala daerah.
“Kunci dalam perubahaan adalah komitmen kepala daerah, kepala daerah ada kemampuan dan usaha untuk mengawal. Di Kota Serang problemnya ada di mana? apakah ada dikepimpinan atau masyrakatnya?,” kata Ade.
Dengan APBD yang kecil, menurut Ade, bukan satu-satunya hal yang menjadikan Kota Serang tidak berkembang. Justru, optimalisasi dan potensi pendapatan memiliki peran penting untuk pembangunan dan mencari solusi atas permasalahan yang ada di Kota Serang.
“Pertama modal, 80 persen Kota Serang yaitu dana dari APBD, sisanya baru dari retribusi hingga yang terbanyak modalnya ada di pajak daerah, serta belanj terbanyak ada di kepegawaian,” ujarnya.
Komitmen pemerintah menurut Ade dapat menjadi indikasi keberpihakan kepada masyarakat. “Problemnya adalah dalam optimilasi pelayanan, menjaga dana yang ada untuk kepentingan publik,” tambah Ade.
Ade juga menekankan pentingnya peran mahasiswa dan jurnalis warga sebagai kontrol terhadap Pemkot Serang. “Peran mahasiswa juga diharuskan aktif terlibat dalam mengontrol kinerja pemerintah. Citizen journalism bukan berteriak-teriak tanpa data. Pengalaman kami, pemerintah tidak akan marah ketika dikritik dengan data,” kata Ade.
Asda I Kota Serang, Subagyo menanggapi masih banyaknya pelayanan publik di Kota Serang yang buruk. Ia menekankan bahwa pelayanan publik dan fasilitas publik bukan semata ada pada Pemda.
“Membangun Kota Serang tentu bukan hanya pemerintah saja, namun juga dukungan dari seluruh stakeholder masyarakat di Serang, termasuk pengusaha. Kalau pengusaha punya integritas mereka juga bisa membantu,” kata Subagyo.
Project manager PPMN, Lilik HS selaku mengkritik keras kondisi masyarakat yang masih dolbon dan banyaknya jalan rusak di Kota Serang. Ia menilai kondisi yang tidak normal di Kota Serang menjadi biasa dan diterima masyarakat dengan pasrah.
“Kita terbiasa menormalisasi yang tidak normal. Wajah sebuah kota itu mencerminkan pemegang tata kelola kotanya,” kata mantan aktivis 98 itu.
Lilik juga menyorot momentum Indonesia yang akan menuju usia ke-100 tahun. Masih buruknya tata kelola Kota Serang, menurutnya, merupakan potret menuju 100 tahun yang belum ideal.
“Sebentar lagi Indonesia berusia 100 tahun, masa 100 tahun nanti kita masih bicara layanan dasar yang belum ideal. Gimana kita bisa ngomongin kesehatan, jika air yang diminum kotor sanitasi tidak layak. Kalau tidak ada upaya perubahan, 20 tahun lagi nanti di usia 100 tahun tidak akan ada yang membaik,” tandas Lilik. (Mg-Audindra)