SERANG – Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar mengajak kepada seluruh pengurus dan anggota GP Ansor Provinsi Banten untuk bersama-sama menjaga stabilitas daerah, baik itu stabilitas ekonomi, politik, sosial serta keamanan. Mengingat, kita semua akan memasuki tahun politik, dimana seluruh fase Pemilu dilaksanakan.
Hal itu dikatakan Al Muktabar saat membuka Latihan Instruktur 1, Angkatan Ke-2 Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Banten, di Aula Kantor GP Ansor, Kelurahan Dalung, Kota Serang, Jumat (4/11/2022). Kegiatan yang mengambil tema Kaderisasi Jantung Organisasi itu juga dihadiri oleh Ketua PW GP Ansor Banten Ahmad Nuri, Ketua PWNU Banten Bunyamin Hafidz, tokoh NU Matin Sarkowi, perwakilan dari Polda Banten, seluruh ketua PC GP Ansor dari delapan Kabupaten dan Kota serta 80 peserta pelatihan.
Dikatakan Al Muktabar dalam catatan sejarah, pemuda Ansor sudah membuktikan banyak berkiprah dalam menjaga keutuhan NKRI. Para founding father terdahulu telah banyak mewariskan akan nilai-nilai dari makna Islam yang rahmatan lil alamin.
“Maka dari itu, pemuda Ansor dengan basis desain yang sudah dimilikinya, kita mendorong untuk bisa ikut tampil dalam rangka menjaga stabilitas daerah, nasional dan tentu kita berharap itu sejalan dengan yang dicita-citakan dari pendiri pemuda Ansor itu sendiri,” ujarnya.
Al Muktabar mengungkapkan, gerakan dan sumbangsih pemikiran dari pemuda sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan yang sedang dan akan terus dilakukan oleh Pemprov Banten. Salah satu implementasi dari itu bisa dilakukan dengan mengupayakan perhelatan Pemilu serentak 2024 nanti bisa berjalan dengan baik, lancar dan tertib.
“Pemuda Ansor mempunyai andil besar dari itu. Oleh karenanya, Pemerintah akan terus bergandengan tangan bersama Ansor untuk kepentingan masyarakat Banten dan juga kepentingan bangsa Indonesia,” ucapnya.
Atas apa yang diharapkan PJ Gubernur Al Muktabar itu, Ketua GP Ansor Provinsi Banten Ahmad Nuri mengamini. Menurutnya, GP Ansor mempunyai sejarah panjang dalam menjaga Republik Indonesia ini, dari mulai fase sejarah 1945, 1948, 1965 sampai fase reformasi pada tahun 1998.
Atas semua sejarah yang telah ditempuh ini, Nuri melihat Pemilu tahun 2019 kemarin menimbulkan dampak polarisasi dan politik identitas yang sangat luar biasa terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Ini lebih berbahaya daripada politik uang, karena berbicara mental.
“Maka pemuda Ansor yang mempunyai kebanggaan sejarah harus tampil mereduksi potensi terjadinya politik identitas itu menjadi politik yang rahmat, penuh kasih sayang,” katanya.
Meskipun, lanjutnya, kita berbeda pilihan dan pandangan politik, namun kita masih bisa tetap rukun dan akur. GP Ansor Banten tidak ingin menjadikan politik identitas itu dilakukan sebagai cara untuk mendapatkan kekuasaan.
“Kita akan terus mensosialisasikan politik yang penuh dengan kasih sayang kepada seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan sampai ke pelosok Banten,” ungkapnya.
(Red)